A.
Pengertian
Metode Pembelajaran Jumlah dan Nahwu
Metode
pembelajaran atau Tharaiq Tadris adalah cara yang dilakukan guru
dalam kegiatan belajar mengajar untuk
memahamkan atau memberitahukan pengetahuan
kepada muridnya.
Nahwu
merupakan salah satu komponen yang ada pada bahasa Arab, Nahwu termasuk dalam
kaidah bahasa Arab yang digunakan untuk membenarkan kesalahan-kesalah yang
terjadi dalam penulisan atau pengucapan bahasa. Dalam Bahasa Arab mempelajari
ilmu Nahwu hukumnya wajib karena dalam memahami dan menyampaikan ungkapan atau
ide-ide pemikiran secara tepat dan sesuai dengan kaidah kebahasaan harus
mengetahui tentang ilmu Nahwu.
Dalam
pembelajaran nahwu siswa tidak hanya menghafalkan tentang kaidah-kaidah nahwu
saja, akan tetapi siswa dituntun untuk untuk mempraktekkannya dalam tulisan
bisa berupa Insya' dan
mempraktekkannya dalam membaca seperti membaca kitab-kitab klasik. Pada
dasarnya penguasaan kaidah-kaidah nahwu adalah sebagai sarana berbahasa bukan
bukan tujuan akhir dari pembelajaran tentang bahasa Arab.
1.
المضارع فى جميع أحواله
2.
الفاعل
3.
نائب الفاعل
4.
المبتدأ والخبر
5.
أن وأخواتها
6.
كان وأخواتها
7.
المقعول به
8.
المفعول فيه
9.
الحال
10.
الإستثناء
11.
التمييز
12.
المجرور بالحروف
13.
المضاف اليه
14.
حروف الجر
15.
حروف العطف
16.
حروف النصب
17.
حروف الجزم
18.
أسماء الاستفهام
19.
الإفراد والتثنية
20.
الأسماء الخمسة
21.
النعت
Bentuk-bentuk
pembelajaran Nahwu berbeda sesuai dengan perbedaan metode pembelajaran yang
digunakannya, Nahwu memerlukan porsi yang sangan banyak dalam pembelajarannya
jika menggunakan metode Nahwu Wa Tarjamah dibandingkan dengan menggunakan metode Mubasyarah
atau Sam;iyah Syafawiyah. Namun jika ilmu Nahwu diajarkan secara
tersendiri sebagaimana yang ada dipondok-pondok pesantren maka pembelajarannya
mempunyai strategi dan langkah-langkah tersendiri.
Dalam
pembelajaran nahwu yang tidak terikat dengan pelajaran lainnya atau Nahwu
diajarkan secara sendirian, ada dua metode yang biasanya digunakan biasanya
dikenal dengan sebutan metode Qiyasi dan metode Istiqraiy.
Metode
Qiyasy adalah metode pembelajaran
Nahwu yang mendahulukan tentang mempelajarkan dulu kaidah-kaidah nahwiyah
kemudian memberikan contohnya. Seperti seorang guru yang sudah memasuki kelas
Nahwu kemudian memberikan meteri tentang Mubtada' beliau menjelaskan tentang pengertiannya dan
macam-macamnya kemudian memberikan contohnya, seperti هذا بيت جميل .
Sedangkan metode Istiaraiy adalah kebalikan
dari metode Qiyasy yang mana
pembelajaran Nahwu dimulai dari pemberian contoh kemudian menyimpulkan tentang
kaidah-kaidahnya.
B.
Komponen Jumlah dan
Nahwu Dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Nahwu merupakan kaidah-kaidah Bahasa Arab untuk
mengetahui bentuk kata dan keadaan-keadaanya ketika masih satu kata ataupun
yang sudah tersusun ( murokkab). Misal cara mentasniyahkan, menjama’kan,
mentasghirkan, merubah suatu kata menjadi Jadi secara garis besar nahwu mencakup
pembahasan tentang bentuk kata dan keadaanya ketika belum tersusun
Jumlah dalam bahasa Arab disebut juga dengan
kalimat. Jumlah terbagi menjadi dua yaitu jumlah Ismiyah dan Fi’liyah . jumlah
Ismiyah yaitu jumlah yang terdiri dari Mubtada’ dan Khobar sedangkan jumlah
fi’liyah yaitu jumlah yang terdiri dari fi’il dan fa’il.
C.
Prinsip
Pembelajaran Jumlah dan Nahwu
Yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran bahasa adalah segala sesuatu yang
termasuk ruang lingkup pembelajaran bahasa arab dan perlu dikuasai guna untuk
mempunyai kemahiran berbahasa. Terdapat
beberapa prinsip dalam pembelajaran Jumlah dan nahwu antara lain:
a.
Mendahulukan hal-hal yang utama (prioritas)
Dalam menyampaikan materi
pembelajaran bahasa arab terdapat beberapa prinsip yang harus diutamakan yaitu mendengarkan
dan berbicara sebelum menulis. Kedua, mengajarkan struktur kalimat (nahwu)
terlebih dahulu baru mengajarkan struktur kata (sharaf) Ketiga, menggunakan
kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan
bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.
b.
Prinsip korektisitas
Prinsip ini diterapkan dalam pembelajaran bahasa arab ketika sedang
mengajarkan materi fonetik, sintaksis dan semiotic. korektisitas materi fonetik
melalui latihan pendengaran dan ucapan, jika siswa masih tetap sering
mengucapkan bahasa ibu maka perlu adanya penekanan pada pengucapan dan menyimak
huruf arab. Korektisitas dalam pengajaran
sintaksis ditekankan pada seberapa besar pengaruh bahasa ibu terhadap Bahasa
arab. Korektisitas dalam pengajaran semiotic misalnya setiap kata dalam bahasa
Indonesia tetap akan mempunyai satu makna jika dimasukkan dalam kalimat akan
tetapi hal itu tidak berlaku pada bahasa arab karena akan menimbulkan banyak
makna yang sama.
c.
Prinsip
bertahap
Merupakan pergeseran dari yang konkrit ke
yang abstrak, dari yang global ke yang detail, dari yang sudah diketahui ke
yang belum diketahui. Kedua, ada kesinambungan antara apa yang telah diberikan
sebelumnya dengan apa yang akan ia ajarkan selanjutnya. Ketiga, ada peningkatan
bobot pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya, baik jumlah jam maupun
materinya.
D.
Contoh
Metode Pembelajaran Jumlah dan Nahwu
Dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya pembelajaran jumlah dan nahwu terdapat
beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain:
a.
Metode
Qiyasi ( Deduktif)
Merupakan salah satu metode dalam pembelajaran bahasa Arab dengan
menyajikan kaidah-kaidah diawal pembelajaran baru dilanjutkan dengan memberikan
contoh yang lebih konkrit. Adapun model pembelajaran dengan metode Qiyasi
adalah sebagai berikut:
1.
Guru
masuk kelas dan memulai pelajaran sesuai dengan tema yang akan disampaikan
2.
Guru
memberikan penjelasan tentang kaidah-kaidah nahwu yang sesuai dengan tema
3.
Siswa
memahami dan menghafal tentang kaidah-kaidah nahwu yang telah disampaikan
4.
Guru
memberikan beberapa contoh atau teks yang berkaitan dengan kaidah nahwu yang
telah disampaikan.
5.
Guru
memberikan kesimpulan tentang pelajaran
6.
Siswa
diminta untuk mengerjakan soal latihan
Contoh penggunaan metode Qiyasi dalam pembelajaran bahasa arab:
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang definisi jumlah mufidah
dan kemudian diikuti dengan contoh-contoh sebagai latihan.
الجملة المفيدة
ü الجملة هي
الكلام المركب المفيد مثل قام زيد
التركيب هو ضم كلمة الي كلمة فاكثر وهو نوعان:
1.كلامي, وهو النلام المفيد فائدة تامة يسمي
جملة المفيدة
2.غير كلامي وهو ما كان في حكم الكلمة المفردة
مثل عبد الله
_ تمارين تطبيقية
اولا: بين عدد الكلمات في كل جملة من جمل
التالية:
1 الثوب
الجميل
2 الارض خضراء
ثانيا: حدد جمل المفيدة من تراكب التالية:
1 السيارة سريعة
2 نجح محمد في الامحان
3
عمر ذهب الي
b. Metode Istiqraiy
Merupakan metode dalam pembelajaran bahasa
arab yang memberikan contoh terlebih dahulu sesuai dengan tema baru kemudian
memberikan contoh sebagai kesimpulan dari meteri tersebut. Adapun model pembelajaran dengan metode Qiyasi adalah sebagai
berikut:
1.
Guru
masuk kelas dan memulai pelajaran sesuai dengan tema yang akan disampaikan
2. Guru memberikan contoh kalimat ataupun teks yang sesuai dengan tema
3. Siswa diminta untuk membaca contoh yang diberikan secara bergantian
4. Setelah cukup guru mulai memberikan penjelasan kaidah yang terdapat dalam
contoh yang sesuai tema
5. Dari conto-contoh yang telah diberikan guru dan murid secara bersama-sama
membuat kesimpulan tentang materi yang disampaikan
6. Siswa diminta untuk mengerjakan latihan.
Contoh penggunaan metode Istiqraiy dalam
pembelajaran bahasa arab:
Guru memberikan beberapa contoh yang terkait
dengan tema misalnya yaitu macam-macam kata dalam bahasa arab
اقسام الكلمات اسم فعل حرف
: الامثلة
شرب محمد اللبن
فرا زيد الكتاب
زرع الفلاح القمح
ركبت علي الحصان
_ الشرح
:
الكلمات تدل علي اسماء اشخاص نحو فريد, محمد,
التلميد والكلمات تدل علي الحيوان و الكلمات تدل علي نبتات و الكلمات تدل علي
الجمادات نحو الطبل, الفراش و الكتاب. و الكلمات تدل علي الصفات مثل نور و نصيحة.
الكلمات السابقة تسمي الاسماء. اما الفعل ينقسم الي فعل ماض و المضارع و الامر. و
الحروف يعني في, الي, اين, علي
تمارين تطبيقية
حدد اسماء الاشخاص الحيوان و الكلمات نبتات و
الجمادات في الجملة التالية:
1 يحب الفلاح ارضه
2 سيارة ابي كبير ة
3 خالد تلميد مجتهد
4 تسلم الموظف راتبه
اعط الثلاث جمل تبدا باسماء اشخاص ؟
c. Metode kaidah dan terjemah
Konsep dan penggunaan metode ini
menekankan pada analisa tata bahasa, penghapalan kosa kata, penerjemahan wacana
dan latihan menulis.
Tujuan metode ini, menurut Al-Naqah
(2010), menyatakan bahwa agar siswa pandai dalam menghapal dan memahami tata
bahasa, mengungkapkan ide-ide dengan menerjemahkan bahasa ibu atau bahasa kedua
ke dalam bahasa asing yang dipelajari dan membekali mereka agar mampu memahami
teks bahasa asing dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa sehari-hari atau sebaliknya.
Contoh Penerapan metode yaitu: Guru
memberikan pengenalan dan definisi kaidah-kaidah tertentu dalam bahasa Arab
yang harus dihapalkan sesuai dengan materi yang akan disajikan, berikut
terjemahannya dalam bahasa pelajar.[1] Misalnya dalam materi Na’at Man’ut maka guru
harus memberikan pengantar tentang naat man’ut dengan menggunakan bahasa
pelajar agar dapat dimengerti setelah itu siswa harus menghapalkannya dan
dipraktikkan dalam suatu teks, akhir dari kegiatan pembelajaran ini adalah
evaluasi dari guru.
E.
Teknik-teknik
Pembelajaran Jumlah dan Nahwu
Ada banyak teknik pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran kalimat dan nahwu, diantaranya:[2]
1.
Teknik
Kata Mengalir
Teknik ini bertujuan agar siswa mampu memproduksi kalimat sebaik-baiknya
dan sebanyak-banyaknya dnegan kata-kata sendiri. Cara bekerja teknik ini,
sebagai berikut:
·
Guru
mengatur tempat duduk siswa 5 atau 6 siswa berderet ke belakang.
·
Siswa
paling depan menyebutkan satu kata ke teman belakangnya sambil mencatat kata
tersebut di kertas.
·
Siswa
kedua/belakangnya menambahi satu kata sehingga menjadi dua kata yang berkaitan
untuk disampaikan secara lisan ke teman belakangnya.
·
Siswa
berikutnya juga menambahi satu kata hingga pada siswa terakhir sehingga
membentuk suatu kalimat.
·
Guru
mencatat jumlah kalimat yang dihasilkan siswa. Kemudian guru mereview tiap
kalimat yang dihasilkan oleh siswa.
2.
Teknik
Kartu Kalimat
Tujuan dari teknik ini yaitu agar siswa dapat dengan mudah, senang dan
bergairah untuk memahami kalimat majemuk melalui proses yang dilaluinya
sendiri. Cara menerapkan teknik ini, sebagai berikut:
·
Tiap
siswa diberikan kartu sebanyak delapan atau sepuluh kartu yang sudah tertera
kalimat.
·
Siswa
harus menggabungkan/memasangkan kartu satu dengan kartu yang lainnya.
Pemasangan harus dibubuhi dengan kata sambung yang cocok untuk menyambungkan
kedua kalimat.
·
Siswa
mengelompokkan kalimat majemuk yang berkata sambung yang sama atau semakna.
Pada hasilnya, siswa dapat mencermati atau menemukan karakteristik (bentuk atau
jenis) kalimat majemuk dari kalimat yang telah digabungkan.
3.
Teknik
Bursa Kalimat
Teknik ini bertujuan agar siswa
dapat menerangkan makna kalimat serta memahami strukturnya. Cara menerapkan
teknik ini, sebagai berikut:
·
Siswa
mengambil jumlah potongan kalimat didalam toples sesuai kemampuannya.
·
Siswa
disuruh untuk memaknai dan menetukan struktur kalimat tersebut dengan waktu 10
menit. Setelah waktu habis, siswa diminta untuk mempresentasikan/menyebutkan
jumlah kalimat yang diselesaikan dari jumlah potongan kalimat yang diambilnya.
·
Guru
memberikan contoh dua atau tiga kalimat yang terdapat di toples untuk dimaknai
dan dianalisis strukturnya. Kemudian bursa dimulai lagi dengan waktu agak
panjang dan begitu seterusnya.
4.
Teknik
Pilah Kalimat
Tujuannya agar siswa mampu memilah
kalimat yang benar dan kalimat yang salah dan siswa dapat menentukan letak
kesalahan kalimat tertentu. Cara bekerja teknik ini yaitu:
·
Siswa
disuruh mengambil kalimat-kalimat di dalam toples. Kemudian siswa memilah mana
kalimat yang benar dan yang salah.
·
Setelah
itu, hasilnya dianalisis dan didiskusikan bersama di depan kelas.
5.
Teknik
Stabilo Klaimat
Cara
menerapkan teknik ini yaitu: siswa diberi fotocopy kliping artikel yang
terdapat kalimat-kalimat yang salah dan yang benar. Kemudian, siswa diminta
untuk memberikan tanda stabile pada kalimat yang salah yang terdapat pada
artikel. Kemudian hasilnya didiskusikan bersam-sama, dan siswa diminta untuk
memberikan alasan mengapa kalimat yang distabilo salah.
6.
Teknik
Buat Kalimat
Teknik ini bertujuan agar siswa
dapat memebuat kalimat yang baik dan benar melalui variasi bentuk secara
langsung. Cara teknik ini: siswa diminta untuk membuat kalimat dengan kata
keterangan didepan kalimat, kata keterangan ditentukan oleh guru. Siswa
meneruskan keterangan tersebut dengan kata-kata sendiri sehingga membentuk
kalimat. Kemudian hasilnya didiskusikan bersama. Setelah itu, siswa diminta
untuk membuat kalimat dengan kata benda terlebih dahulu. Begitu seterusnya,
hingga siswa mendapatkan berbagai variasi kalimat yang baik dan benar.
7. Teknik Putar Posisi Kalimat
Bertujuan agar siswa mampu
memutar-putar posisi struktur kalimat yang baik dan benar denga harapan para
siswa mampu membuat kalimat baku dengan berbagai variasi. Caranya yaitu: siswa
diberi fotocopy sejumlah kalimat, mereka disuruh untuk memutar-mutar posisi
kalimat berdasaarkan fungsinya. Setelah itu, siswa menyimpulkan apa yang
dilakukannya. Kemudian guru menguatkan konsep bahwa kalimat yang baik dan benar
dapat diputar posisi strukturnya.
8.
Teknik
Isi Kalimat
Bertujuan agar siswa dapat
menggunakan logikanya dalam menentukan kalimat melalui kata-kata sendiri. Cara
bekerja teknik ini yaitu:
·
Siswa
diberi fotocopy beberapa kalimat yang dikosongi kata-kata didalamnya (yang
dikosongi boleh objek, predikat atau keterangan).
·
Siswa
disuruh untuk mengisi tempat kosong tersebut dnegna kata-katanya sendiri asal
cocok dengan kalimatnya.
·
Guru
menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasilnya.
9.
Teknik
Meneruskan Kalimat
Dari teknik ini dapat diperoleh
kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik. Caranya: siswa
diberi fotocopy kalimat yang belum selesai. Siswa disuruh untuk meneruskan
kalimat yang belum selesai dengan kata-kata sendiri. Kemudian hasilnya
didiskusikan bersama.
10.
Teknik
Pecah Kalimat
Tujuan yang akan dicapai yaitu agar
siswa dapat memahami kalimat majemuk melalui pemecahan kalimat majemuk ke dalam
kalimat tunggal. Cara teknik ini, sebagai berikut: siswa diberi lembar fotocopy
yang berisi kalimat majemuk yang panjang. Siswa disuruh memcah kalimat panjang
tersebut ke dalam beberapa kalimat tunggal pada kertas, kemudian hasilnya
dipresentasikan di depan kelas.
11.
Teknik
Gabung Kalimat
Tujuan yang akan dicapai oleh teknik ini yaitu agar siswa mampu memahami
kalimat majemuk melalui penggabungan kalimat tunggal ke dalam kalimat majemuk. Siswa diberi lembar fotocopy tentang kalimat tunggal. Siswa disuruh
untuk menggabungkan kalimat tunggal tersebut ke dalam satu kalimat majemuk pada
kertas. Setelah itu, sisiwa melaporkan dan mendiskusikan hasil pekerjaannya.
F.
Problematika
Pembelajaran Jumlah dan Nahwu Serta Solusinya
Sebagian pelajar atau siswa mengggap bahwa mempelajari
jumlah dan nahwu adalah suatu ilmu yang sangat sulit dipelajari dan dianggap
momok bagi siswa sehingga mengalami kesulitan belajar yang juga berdampak pada
problematika guru dalam proses pembelajaran.
Fenomena
kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja
akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar dapat dibuktikan
dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaran berteriak-teriak di
dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering
pergi dari sekolah.[3]
Secara
garis besar, factor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas
dua macam.
a)
Faktor
Interen Siswa
Yakni hal-hal atau keadaan yang
muncul dari dalam diri siswa. Factor interen siswa meliputi gangguan atau kekurang
mampuan psiko-fisik siswa, yakni: yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara
lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegasi siswa, yang bersifat
efektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap, dan yang
bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).[4]
b)
Faktor
Eksteren Siswa
Yakni hal-hal atau keadaan yang dating dari Luar diri siswa.faktor
eksteren siswa meliputi semua situasi lingkunan sekitar yang tidak mendukung
aktivitas belajar siswa. Factor ini dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni:
lingkungan keluarga, misalnya rendahnya ekonomi keluarga yang kurang bahkan
tidak menujang dalam pembelajaran bahasa arab. Lingkungan perkampungan/ masyarakat,
misalnya wilayah perkampungan yang kurang memadai dalam mepraktikkan hasil
belajar bahasa arab. Dan lingkungan sekolah, misalnya kondisi tata letak gedung
dan alat peraga yang kurang menunjang dalam pembelajaran bahasa arab.[5]
Setelah melihat factor-faktor
penyebab problematika kesulitan belajar dapat disimpulkan bahwa dari kebanyakan
siswa memiliki problematika dalam pembelajaran Jumlah dan
Nahwu sebagai berikut:
1.
Sulitnya
menyusun kata dikarenakan kurangnya mufrodat
2.
Sulitnya
mempratikkan hasil belajar jumlah dan nahwu dikarenakan Kurang memahami suatu
materi yang telah diberikan.
3.
Adanya unsur lupa dalam mempraktikkan kaidah
yang telah dipelajari jika diaplikasikan dalam sebuah contoh, mayoritas hal ini
terjadi karena penggunaan metode Qiyasi (deduktif)
Sedangkan
problematika seorang guru dalam pembelajaran jumlah dan nahwu adalah sebagai
berikut:
a)
Kesulitan
dalam memahamkan siswa dikarenakan kemampuan siswa yang berbeda-beda
b)
Ketidaknyamanan
guru saat melaksanakan sebuah pembelajaran dikarenakan lingkungan sekitar
(sekolah yang tidak mendukung)
Setelah diketahui factor-faktor penyebab
menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya, berikut adalah alternatif
pemecahan masalah belajar bahasa arab.
1.
Menganalisis
hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian
tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang
dihadapi siswa.
2.
Mengidentifikasi
dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
3.
Menyusun
program perbaikan, khususnya program pengajaran perbaikan.[6]
4.
Memberikan
perintah yang terperinci. Karena anak-anak ini memiliki kesulitan dalam
belajar, guru perlu mengulang atau memberikan perintah baru ketika tahap
pelajaran berikutnya dimulai. Contohnya: saat seorang anak telah menyelesaikan
satu perintah (menulis bahasa arab misalnya), guru kemudian memerintahkan tugas
lain.[7]
5.
Gunakan
semua indera saat mengajar. Misalnya, saat menyusun suatu kata menjadi kalimat
sebaiknya dengan gerakan- gerakan badan atau indera lainnya.[8]
6.
Mengganti metode pembelajaran yang lebih
efektif.
[1] Acep Hermawan.
“Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab”. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.
173
[2] Suyatno. “Teknik
Pembelajaran Bahasa dan Sastra”. (Surabaya: Penerbit SIC, 2004), h. 42-54
[3] Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), 173.
[4] Ibid.,
173.
[5] Ibid.,
173.
[6] Ibid.,
175-176.
[7] Ibid.,
226.
[8] Ibid.,
226
Tidak ada komentar:
Posting Komentar