trima kasih sudah mampir di blog saya dan jangan bosan mampir yaaa

Selasa, 22 Oktober 2013

Metode Pembelajaran Jumlah/Nahwu



A.    Pengertian Metode Pembelajaran Jumlah dan Nahwu
Metode pembelajaran atau Tharaiq Tadris adalah cara yang dilakukan guru dalam  kegiatan belajar mengajar untuk memahamkan atau memberitahukan pengetahuan  kepada muridnya.
Nahwu merupakan salah satu komponen yang ada pada bahasa Arab, Nahwu termasuk dalam kaidah bahasa Arab yang digunakan untuk membenarkan kesalahan-kesalah yang terjadi dalam penulisan atau pengucapan bahasa. Dalam Bahasa Arab mempelajari ilmu Nahwu hukumnya wajib karena dalam memahami dan menyampaikan ungkapan atau ide-ide pemikiran secara tepat dan sesuai dengan kaidah kebahasaan harus mengetahui tentang ilmu Nahwu.
Dalam pembelajaran nahwu siswa tidak hanya menghafalkan tentang kaidah-kaidah nahwu saja, akan tetapi siswa dituntun untuk untuk mempraktekkannya dalam tulisan bisa berupa Insya'  dan mempraktekkannya dalam membaca seperti membaca kitab-kitab klasik. Pada dasarnya penguasaan kaidah-kaidah nahwu adalah sebagai sarana berbahasa bukan bukan tujuan akhir dari pembelajaran tentang bahasa Arab.
Berdasarkan pada penelitian Mahmud Ahmad Sayyid pokok bahasan nahwu yang harus dipelajari oleh pembelajar bahasa adalah sebagai berikut:
1.      المضارع فى جميع أحواله
2.      الفاعل
3.      نائب الفاعل
4.      المبتدأ والخبر
5.      أن وأخواتها
6.      كان وأخواتها
7.      المقعول به
8.      المفعول فيه
9.      الحال
10.  الإستثناء
11.  التمييز
12.  المجرور بالحروف
13.  المضاف اليه
14.  حروف الجر
15.  حروف العطف
16.  حروف النصب
17.  حروف الجزم
18.  أسماء الاستفهام
19.  الإفراد والتثنية
20.  الأسماء الخمسة
21.  النعت

Bentuk-bentuk pembelajaran Nahwu berbeda sesuai dengan perbedaan metode pembelajaran yang digunakannya, Nahwu memerlukan porsi yang sangan banyak dalam pembelajarannya jika menggunakan metode Nahwu Wa Tarjamah  dibandingkan dengan menggunakan metode Mubasyarah atau Sam;iyah Syafawiyah. Namun jika ilmu Nahwu diajarkan secara tersendiri sebagaimana yang ada dipondok-pondok pesantren maka pembelajarannya mempunyai strategi dan langkah-langkah tersendiri.
Dalam pembelajaran nahwu yang tidak terikat dengan pelajaran lainnya atau Nahwu diajarkan secara sendirian, ada dua metode yang biasanya digunakan biasanya dikenal dengan sebutan metode Qiyasi dan metode Istiqraiy.
Metode Qiyasy  adalah metode pembelajaran Nahwu yang mendahulukan tentang mempelajarkan dulu kaidah-kaidah nahwiyah kemudian memberikan contohnya. Seperti seorang guru yang sudah memasuki kelas Nahwu kemudian memberikan meteri tentang Mubtada'  beliau menjelaskan tentang pengertiannya dan macam-macamnya kemudian memberikan contohnya, seperti هذا بيت جميل .
Sedangkan metode Istiaraiy adalah kebalikan dari metode Qiyasy  yang mana pembelajaran Nahwu dimulai dari pemberian contoh kemudian menyimpulkan tentang kaidah-kaidahnya.
B.     Komponen Jumlah dan Nahwu Dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Nahwu merupakan kaidah-kaidah Bahasa Arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaan-keadaanya ketika masih satu kata ataupun yang sudah tersusun ( murokkab). Misal cara mentasniyahkan, menjama’kan, mentasghirkan, merubah suatu kata menjadi Jadi secara garis besar nahwu mencakup pembahasan tentang bentuk kata dan keadaanya ketika belum tersusun
Jumlah dalam bahasa Arab disebut juga dengan kalimat. Jumlah terbagi menjadi dua yaitu jumlah Ismiyah dan Fi’liyah . jumlah Ismiyah yaitu jumlah yang terdiri dari Mubtada’ dan Khobar sedangkan jumlah fi’liyah yaitu jumlah yang terdiri dari fi’il dan fa’il.

C.     Prinsip Pembelajaran Jumlah dan Nahwu
Yang dimaksud dengan prinsip pembelajaran bahasa adalah segala sesuatu yang termasuk ruang lingkup pembelajaran bahasa arab dan perlu dikuasai guna untuk mempunyai kemahiran berbahasa. Terdapat beberapa prinsip dalam pembelajaran Jumlah dan nahwu antara lain:
a.       Mendahulukan hal-hal yang utama (prioritas)
Dalam menyampaikan materi pembelajaran bahasa arab terdapat beberapa prinsip yang harus diutamakan yaitu mendengarkan dan berbicara sebelum menulis. Kedua, mengajarkan struktur kalimat (nahwu) terlebih dahulu baru mengajarkan struktur kata (sharaf) Ketiga, menggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan kehidupan sehari-hari sebelum mengajarkan bahasa sesuai dengan penutur Bahasa Arab.
b.      Prinsip korektisitas
Prinsip ini diterapkan dalam pembelajaran bahasa arab ketika sedang mengajarkan materi fonetik, sintaksis dan semiotic. korektisitas materi fonetik melalui latihan pendengaran dan ucapan, jika siswa masih tetap sering mengucapkan bahasa ibu maka perlu adanya penekanan pada pengucapan dan menyimak huruf arab. Korektisitas dalam pengajaran sintaksis ditekankan pada seberapa besar pengaruh bahasa ibu terhadap Bahasa arab. Korektisitas dalam pengajaran semiotic misalnya setiap kata dalam bahasa Indonesia tetap akan mempunyai satu makna jika dimasukkan dalam kalimat akan tetapi hal itu tidak berlaku pada bahasa arab karena akan menimbulkan banyak makna yang sama.
c.       Prinsip bertahap
Merupakan pergeseran dari yang konkrit ke yang abstrak, dari yang global ke yang detail, dari yang sudah diketahui ke yang belum diketahui. Kedua, ada kesinambungan antara apa yang telah diberikan sebelumnya dengan apa yang akan ia ajarkan selanjutnya. Ketiga, ada peningkatan bobot pengajaran terdahulu dengan yang selanjutnya, baik jumlah jam maupun materinya.
D.    Contoh Metode Pembelajaran Jumlah dan Nahwu
Dalam pembelajaran bahasa Arab  khususnya pembelajaran jumlah dan nahwu terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain:
a.       Metode Qiyasi ( Deduktif)
Merupakan salah satu metode dalam pembelajaran bahasa Arab dengan menyajikan kaidah-kaidah diawal pembelajaran baru dilanjutkan dengan memberikan contoh yang lebih konkrit. Adapun model pembelajaran dengan metode Qiyasi adalah sebagai berikut:
1.      Guru masuk kelas dan memulai pelajaran sesuai dengan tema yang akan disampaikan
2.      Guru memberikan penjelasan tentang kaidah-kaidah nahwu yang sesuai dengan tema
3.      Siswa memahami dan menghafal tentang kaidah-kaidah nahwu yang telah disampaikan
4.      Guru memberikan beberapa contoh atau teks yang berkaitan dengan kaidah nahwu yang telah disampaikan.
5.      Guru memberikan kesimpulan tentang pelajaran
6.      Siswa diminta untuk mengerjakan soal latihan
Contoh penggunaan metode Qiyasi dalam pembelajaran bahasa arab:
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang definisi jumlah mufidah dan kemudian diikuti dengan contoh-contoh sebagai latihan.
الجملة المفيدة
ü  الجملة هي الكلام المركب المفيد مثل قام زيد
التركيب هو ضم كلمة الي كلمة فاكثر وهو نوعان:
1.كلامي, وهو النلام المفيد فائدة تامة يسمي جملة المفيدة
2.غير كلامي وهو ما كان في حكم الكلمة المفردة مثل عبد الله

_ تمارين تطبيقية
اولا: بين عدد الكلمات في كل جملة من جمل التالية:
 1 الثوب الجميل
2 الارض خضراء
ثانيا: حدد جمل المفيدة من تراكب التالية:
1 السيارة سريعة
2 نجح محمد في الامحان
3                                 عمر ذهب الي




b.      Metode Istiqraiy
Merupakan metode dalam pembelajaran bahasa arab yang memberikan contoh terlebih dahulu sesuai dengan tema baru kemudian memberikan contoh sebagai kesimpulan dari meteri tersebut. Adapun model pembelajaran dengan metode Qiyasi adalah sebagai berikut:
1.      Guru masuk kelas dan memulai pelajaran sesuai dengan tema yang akan disampaikan
2.      Guru memberikan contoh kalimat ataupun teks yang sesuai dengan tema
3.      Siswa diminta untuk membaca contoh yang diberikan secara bergantian
4.      Setelah cukup guru mulai memberikan penjelasan kaidah yang terdapat dalam contoh yang sesuai tema
5.      Dari conto-contoh yang telah diberikan guru dan murid secara bersama-sama membuat kesimpulan tentang materi yang disampaikan
6.      Siswa diminta untuk mengerjakan latihan.
Contoh penggunaan metode Istiqraiy dalam pembelajaran bahasa arab:
Guru memberikan beberapa contoh yang terkait dengan tema misalnya yaitu macam-macam kata dalam bahasa arab
اقسام الكلمات اسم فعل حرف
: الامثلة
شرب محمد اللبن    
فرا زيد الكتاب       
زرع الفلاح القمح   
ركبت علي الحصان  
_ الشرح  :
الكلمات تدل علي اسماء اشخاص نحو فريد, محمد, التلميد والكلمات تدل علي الحيوان و الكلمات تدل علي نبتات و الكلمات تدل علي الجمادات نحو الطبل, الفراش و الكتاب. و الكلمات تدل علي الصفات مثل نور و نصيحة. الكلمات السابقة تسمي الاسماء. اما الفعل ينقسم الي فعل ماض و المضارع و الامر. و الحروف يعني في, الي, اين, علي
تمارين تطبيقية
حدد اسماء الاشخاص الحيوان و الكلمات نبتات و الجمادات في الجملة التالية:
1 يحب الفلاح ارضه
2 سيارة ابي كبير ة
3 خالد تلميد مجتهد
4 تسلم الموظف راتبه
اعط الثلاث جمل تبدا باسماء اشخاص ؟


c.       Metode kaidah dan terjemah
Konsep dan penggunaan metode ini menekankan pada analisa tata bahasa, penghapalan kosa kata, penerjemahan wacana dan latihan menulis.
Tujuan metode ini, menurut Al-Naqah (2010), menyatakan bahwa agar siswa pandai dalam menghapal dan memahami tata bahasa, mengungkapkan ide-ide dengan menerjemahkan bahasa ibu atau bahasa kedua ke dalam bahasa asing yang dipelajari dan membekali mereka agar mampu memahami teks bahasa asing dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa sehari-hari atau sebaliknya.
Contoh Penerapan metode yaitu: Guru memberikan pengenalan dan definisi kaidah-kaidah tertentu dalam bahasa Arab yang harus dihapalkan sesuai dengan materi yang akan disajikan, berikut terjemahannya dalam bahasa pelajar.[1] Misalnya dalam materi Na’at Man’ut maka guru harus memberikan pengantar tentang naat man’ut dengan menggunakan bahasa pelajar agar dapat dimengerti setelah itu siswa harus menghapalkannya dan dipraktikkan dalam suatu teks, akhir dari kegiatan pembelajaran ini adalah evaluasi dari guru.
E.     Teknik-teknik Pembelajaran Jumlah dan Nahwu
Ada banyak teknik pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kalimat dan nahwu, diantaranya:[2]
1.      Teknik Kata Mengalir
Teknik ini bertujuan agar siswa mampu memproduksi kalimat sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya dnegan kata-kata sendiri. Cara bekerja teknik ini, sebagai berikut:
·         Guru mengatur tempat duduk siswa 5 atau 6 siswa berderet ke belakang.
·         Siswa paling depan menyebutkan satu kata ke teman belakangnya sambil mencatat kata tersebut di kertas.
·         Siswa kedua/belakangnya menambahi satu kata sehingga menjadi dua kata yang berkaitan untuk disampaikan secara lisan ke teman belakangnya.
·         Siswa berikutnya juga menambahi satu kata hingga pada siswa terakhir sehingga membentuk suatu kalimat.
·         Guru mencatat jumlah kalimat yang dihasilkan siswa. Kemudian guru mereview tiap kalimat yang dihasilkan oleh siswa.
2.      Teknik Kartu Kalimat
Tujuan dari teknik ini yaitu agar siswa dapat dengan mudah, senang dan bergairah untuk memahami kalimat majemuk melalui proses yang dilaluinya sendiri. Cara menerapkan teknik ini, sebagai berikut:
·         Tiap siswa diberikan kartu sebanyak delapan atau sepuluh kartu yang sudah tertera kalimat.
·         Siswa harus menggabungkan/memasangkan kartu satu dengan kartu yang lainnya. Pemasangan harus dibubuhi dengan kata sambung yang cocok untuk menyambungkan kedua kalimat.
·         Siswa mengelompokkan kalimat majemuk yang berkata sambung yang sama atau semakna. Pada hasilnya, siswa dapat mencermati atau menemukan karakteristik (bentuk atau jenis) kalimat majemuk dari kalimat yang telah digabungkan.
3.      Teknik Bursa Kalimat
Teknik ini bertujuan agar siswa dapat menerangkan makna kalimat serta memahami strukturnya. Cara menerapkan teknik ini, sebagai berikut:
·         Siswa mengambil jumlah potongan kalimat didalam toples sesuai kemampuannya.
·         Siswa disuruh untuk memaknai dan menetukan struktur kalimat tersebut dengan waktu 10 menit. Setelah waktu habis, siswa diminta untuk mempresentasikan/menyebutkan jumlah kalimat yang diselesaikan dari jumlah potongan kalimat yang diambilnya.
·         Guru memberikan contoh dua atau tiga kalimat yang terdapat di toples untuk dimaknai dan dianalisis strukturnya. Kemudian bursa dimulai lagi dengan waktu agak panjang dan begitu seterusnya.
4.      Teknik Pilah Kalimat
Tujuannya agar siswa mampu memilah kalimat yang benar dan kalimat yang salah dan siswa dapat menentukan letak kesalahan kalimat tertentu. Cara bekerja teknik ini yaitu:
·         Siswa disuruh mengambil kalimat-kalimat di dalam toples. Kemudian siswa memilah mana kalimat yang benar dan yang salah.
·         Setelah itu, hasilnya dianalisis dan didiskusikan bersama di depan kelas.
5.      Teknik Stabilo Klaimat
Cara menerapkan teknik ini yaitu: siswa diberi fotocopy kliping artikel yang terdapat kalimat-kalimat yang salah dan yang benar. Kemudian, siswa diminta untuk memberikan tanda stabile pada kalimat yang salah yang terdapat pada artikel. Kemudian hasilnya didiskusikan bersam-sama, dan siswa diminta untuk memberikan alasan mengapa kalimat yang distabilo salah.
6.      Teknik Buat Kalimat
Teknik ini bertujuan agar siswa dapat memebuat kalimat yang baik dan benar melalui variasi bentuk secara langsung. Cara teknik ini: siswa diminta untuk membuat kalimat dengan kata keterangan didepan kalimat, kata keterangan ditentukan oleh guru. Siswa meneruskan keterangan tersebut dengan kata-kata sendiri sehingga membentuk kalimat. Kemudian hasilnya didiskusikan bersama. Setelah itu, siswa diminta untuk membuat kalimat dengan kata benda terlebih dahulu. Begitu seterusnya, hingga siswa mendapatkan berbagai variasi kalimat yang baik dan benar.
7.      Teknik Putar Posisi Kalimat
Bertujuan agar siswa mampu memutar-putar posisi struktur kalimat yang baik dan benar denga harapan para siswa mampu membuat kalimat baku dengan berbagai variasi. Caranya yaitu: siswa diberi fotocopy sejumlah kalimat, mereka disuruh untuk memutar-mutar posisi kalimat berdasaarkan fungsinya. Setelah itu, siswa menyimpulkan apa yang dilakukannya. Kemudian guru menguatkan konsep bahwa kalimat yang baik dan benar dapat diputar posisi strukturnya.
8.      Teknik Isi Kalimat
Bertujuan agar siswa dapat menggunakan logikanya dalam menentukan kalimat melalui kata-kata sendiri. Cara bekerja teknik ini yaitu:
·         Siswa diberi fotocopy beberapa kalimat yang dikosongi kata-kata didalamnya (yang dikosongi boleh objek, predikat atau keterangan).
·         Siswa disuruh untuk mengisi tempat kosong tersebut dnegna kata-katanya sendiri asal cocok dengan kalimatnya.
·         Guru menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasilnya.
9.      Teknik Meneruskan Kalimat
Dari teknik ini dapat diperoleh kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik. Caranya: siswa diberi fotocopy kalimat yang belum selesai. Siswa disuruh untuk meneruskan kalimat yang belum selesai dengan kata-kata sendiri. Kemudian hasilnya didiskusikan bersama.
10.  Teknik Pecah Kalimat
Tujuan yang akan dicapai yaitu agar siswa dapat memahami kalimat majemuk melalui pemecahan kalimat majemuk ke dalam kalimat tunggal. Cara teknik ini, sebagai berikut: siswa diberi lembar fotocopy yang berisi kalimat majemuk yang panjang. Siswa disuruh memcah kalimat panjang tersebut ke dalam beberapa kalimat tunggal pada kertas, kemudian hasilnya dipresentasikan di depan kelas.
11.  Teknik Gabung Kalimat
Tujuan yang akan dicapai oleh teknik ini yaitu agar siswa mampu memahami kalimat majemuk melalui penggabungan kalimat tunggal ke dalam kalimat majemuk. Siswa diberi lembar fotocopy tentang kalimat tunggal. Siswa disuruh untuk menggabungkan kalimat tunggal tersebut ke dalam satu kalimat majemuk pada kertas. Setelah itu, sisiwa melaporkan dan mendiskusikan hasil pekerjaannya.


F.      Problematika Pembelajaran Jumlah dan Nahwu Serta Solusinya
Sebagian pelajar atau siswa mengggap bahwa mempelajari jumlah dan nahwu adalah suatu ilmu yang sangat sulit dipelajari dan dianggap momok bagi siswa sehingga mengalami kesulitan belajar yang juga berdampak pada problematika guru dalam proses pembelajaran.
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaran berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering pergi dari sekolah.[3]
Secara garis besar, factor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.
a)      Faktor Interen Siswa
Yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri siswa. Factor interen siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa, yakni: yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegasi siswa, yang bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap, dan yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).[4]
b)      Faktor Eksteren Siswa
Yakni hal-hal atau keadaan yang dating dari Luar diri siswa.faktor eksteren siswa meliputi semua situasi lingkunan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Factor ini dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni: lingkungan keluarga, misalnya rendahnya ekonomi keluarga yang kurang bahkan tidak menujang dalam pembelajaran bahasa arab. Lingkungan perkampungan/ masyarakat, misalnya wilayah perkampungan yang kurang memadai dalam mepraktikkan hasil belajar bahasa arab. Dan lingkungan sekolah, misalnya kondisi tata letak gedung dan alat peraga yang kurang menunjang dalam pembelajaran bahasa arab.[5]
Setelah melihat factor-faktor penyebab problematika kesulitan belajar dapat disimpulkan bahwa dari kebanyakan siswa memiliki problematika dalam pembelajaran Jumlah dan Nahwu sebagai berikut:
1.      Sulitnya menyusun kata dikarenakan kurangnya mufrodat
2.      Sulitnya mempratikkan hasil belajar jumlah dan nahwu dikarenakan Kurang memahami suatu materi yang telah diberikan.
3.      Adanya unsur lupa dalam mempraktikkan kaidah yang telah dipelajari jika diaplikasikan dalam sebuah contoh, mayoritas hal ini terjadi karena penggunaan metode Qiyasi (deduktif)
Sedangkan problematika seorang guru dalam pembelajaran jumlah dan nahwu adalah sebagai berikut:
a)      Kesulitan dalam memahamkan siswa dikarenakan kemampuan siswa yang berbeda-beda
b)      Ketidaknyamanan guru saat melaksanakan sebuah pembelajaran dikarenakan lingkungan sekitar (sekolah yang tidak mendukung)
Setelah diketahui factor-faktor penyebab menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya, berikut adalah alternatif pemecahan masalah belajar bahasa arab.
1.      Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
2.      Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
3.      Menyusun program perbaikan, khususnya program pengajaran perbaikan.[6]
4.      Memberikan perintah yang terperinci. Karena anak-anak ini memiliki kesulitan dalam belajar, guru perlu mengulang atau memberikan perintah baru ketika tahap pelajaran berikutnya dimulai. Contohnya: saat seorang anak telah menyelesaikan satu perintah (menulis bahasa arab misalnya), guru kemudian memerintahkan tugas lain.[7]
5.      Gunakan semua indera saat mengajar. Misalnya, saat menyusun suatu kata menjadi kalimat sebaiknya dengan gerakan- gerakan badan atau indera lainnya.[8]
6.      Mengganti metode pembelajaran yang lebih efektif.


[1] Acep Hermawan. “Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab”. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 173
[2] Suyatno. “Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra”. (Surabaya: Penerbit SIC, 2004), h. 42-54
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 173.
[4] Ibid., 173.
[5] Ibid., 173.
[6] Ibid., 175-176.
[7] Ibid., 226.
[8] Ibid., 226

Tidak ada komentar:

Posting Komentar