BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN
Model
pembelajaran menurut Dahlan (1990) adalah suatu rencana atau pola yang
digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan member
petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting
lainnya. Sejalan dengan Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra (1997)
yang menjelaskan bahwa model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan
ativitas belajar mengajar.
Model
pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Berbagai
model tersebut, diantaranya:
1.
Model
Bermain Peran (Role Playing)
Dikembangkan oleh Fannie Shaftel dan George Shaftel. Yang termasuk
ke dalam bentuk model bermain peran adalah sosiodrama dan psikodrama. Joyce
& Weil (1992) memaparkan 9 fase pelaksanaan model pembelajaran bermain
peran, sebagai berikut:
a.
Memotivasi
kelompok
1)
Mengidentifikasi
masalah
2)
Menjelaskan
masalah
3)
Menginterpretasikan,
cerita dan mengeksplorasi isu-isu
4)
Menjelaskan
peran-peran yang akan dimainkan
b.
Memilih
pemeran
1)
Menganalisis
peran-peran
2)
Memilih
dan menetapkan pemeran
c.
Menyiapkan
pengamat
1)
Memutuskan
apa yang akan dan perlu diamati
2)
Menjelaskan
tugas-tugas pengamat
d.
Menyiapkan
tahap-tahap peran
1)
Merinci
urutan peran
2)
Menjelaskan
kembali peran-peran yang akan dimainkan
3)
Memasuki
situasi masalah
e.
Pemeranan
1)
Memulai
bermain peran
2)
Meneruskan
pemeranan
3)
Menghentikan
pemeranan
f.
Diskusi
dan evaluasi (I)
1)
Mengkaji
ketepatan pemeranan
2)
Mendiskusikan
focus utama
3)
Mengembangkan
pemeranan ulang
g.
Pemeranan
ulang
1)
Memainkan
peran yang perlu diperbaiki
2)
Mengemukakan
alternative perilaku selanjutnya yang mungkin muncul dari pemeranan ulang
h.
Diskusi
dan evaluasi (II)
i.
Membagi
pengalaman dan menarik generalisasi
1)
menghubungkan
situasi masalah dengan pengalaman nyata dan masalah-masalah yang tengan
berlangsung
2)
Mengeksplorasi
prinsip-prisnsip umum tentang perilaku
2.
Model
Penelitian Sosial (Sosial Inquiry)
Model ini dikembangkan oleh Byron Massialas dan Benjamin Cox (Joyce
&Weil, 1980). Tujuan dari model ini adalah pemecahan masalah social,
khususnya rasa ingin tahu secara akademis dan berpikir rasional. Model
penelitian social memiliki 6 tahapa, antara lain:
a.
Orientasi.
Merupakan langkah untuk membuat peserta didik menjadi peka terhadap masalah dan
dapat merumuskan masalah yang menjadi focus penelitian.
b.
Perumusan
hipotesis. Digunakan sebagai pembimbing atau pedoman di dalam melakukan
penelitian.
c.
Definisi.
Merupakan penjelasan dan pendefinisian istilah yang ada di dalam hipotesis.
d.
Eksplorasi.
Dilakukan dalam rangka menguji hipotesis dalam rangka validasi dan pengujian
konsistensi internal sebagai dasar proses pengujian.
e.
Pembuktian.
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersangkut paut dengan esensi
hipotesis
f.
Perumusan
generaslisasi. Yaitu menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik dalam
pemecahan masalah.
3.
Model
Jigsaw
Model jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Aronson dkk di
Universitas Texas. Jigsaw merupakan suatu model pembelajaran yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok, yang bertanggung jawab atas penguasaan
bagian materi pelajaran dan mampu membelajarkan materi tersebut kepada anggota
lain dalam kelompoknya. Adapun tahapan proses pelaksanaan model jigsaw, berikut
ini:
a.
Tahap
pendahuluan
1)
Melakukan
apersepsi
2)
Guru
menjelaskna pada peserta didik tentang model pembelajaran yang dipakai dan
menjelaskan manfaat dari model tersebut.
3)
Pembentukan
kelompok
4)
Untuk
setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserts didik dengan kemampuan yang heterogen
5)
Pembagian
materi/soal pada setiap anggota kelompok
b.
Tahap
penguasaan
1)
Peserta
didik dengan materi/soal yang sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha
menguasai materi sesuai dengan materi yang diterima
2)
Guru
memberikan bantuan kepada peserta didik
c.
Tahap
penularan
1)
Setiap
peserta didik kembali ke kelompok asalnya
2)
Tiap
peserta didik dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi dari peserta
didik lainnya
3)
Terjadi
proses diskusi antar peserta didik dalam kelompok asal
4)
Dari
proses diskusi, peserta didik memperoleh inti materi/jawaban soal
d.
Penutup
1)
Guru
bersama peserta didik menyimpulkan
2)
Pelaksanaan
kuis atau evaluasi
4.
Model
Penelitian Jurisprudensial
Model penelitian jurisprudensial ini dikembangkan oleh Donald
Oliver dan James P. Shaver.Dasar pemikiran model pembelajaran jurisprudensial
ini adalah konsepsi tentang masyarakat yang memiliki pandangan dan prioritas
yang berbeda mengenai nilai social yang secara hukum saling bertentangan satu
dengan yang lainnya. Adapun bidang kajian model ini tepat digunakan pada
masalah/konflik ras dan etnik, konflik idiologi, konflikantar golongan ekonomi,
kesehatan, pendidikan, kesejahteraan serta keamanan nasional. Joyce dan Weil
(1980) menyebutkan ada 6 fase dalam proses jurisprudensial, berikut ini:
a.
Mengorientasi
kasus
1)
Guru
memperkenalkan bahan-bahan
2)
Guru
meninjau data yang tersedia
b.
Mengidentifikasi
isu/kasus
1)
Peserta
didik mensistensiskan fakta-fakta ke dalam isu yang dihadapi
2)
Peserta
didik memilih salah satu isu untuk didiskusikan
3)
Peserta
didik mengidentifikasi nilai-nilai dan konflik nilai tentang isu tersebut
4)
Peserta
didik mengenali fakta yang melatarbelakangi isu dan pertanyaan yang
didefinisikan
c.
Menetapkan
posisi
Peserta didik menimbang-nimbang posisi atau kedudukannya, kemudian
menyatakan kedudukannya dalam konflik nilai dan dalam hubungannya dengan
konsekuensi kedudukan itu.
d.
Mengekplorasi
contoh-contoh dan pola argumentasi
1)
Peserta
didik menetapkan titik tempat terlihat adanya perusakan nilai atas data yang
diperoleh
2)
Peserta
didik membuktikan konsekuensi yang diinginkan dan tidak diinginkan dari posisi
yang dipilih
3)
Peserta
didik menjernihkan konflik nilai dengan melakukan proses analogi
4)
Peserta
didik menetapkan prioritas dengan cara membandingkan nilai yang satu dengan
yang lain dan mendemonstrasikan kekurangannya bila memiliki satu nilai
e.
Menjernihkan
dan menguji posisi
1)
Peserta
didik menyatakan posisinya dan memberikan rasional mengenai posisinya itu, dan
kemudian menguji sejumlah situasi yang serupa
2)
Peserta
didik meluruskan posisinya
f.
Mengetes
asumsi factual yang melatarbelakangi posisi yang diluruskannya
1)
Peserta
didik mengidentifikasi asumsi factual dan menetapkan sesuai tidaknya
2)
Peserta
didik menetapkan konsekuensi yang diperkirakan dan menguji kesahihan factual
dari konsekuensi itu.
5.
Model
Latihan Penelitian (Inquiry Training Model)
Model ini dikembangkan oleh Richard Suchman. Model latihan
penelitian ini memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu:
a.
Menghadapkan
masalah ( menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling
bertentangan)
b.
Menemukan
masalah ( memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, memriksa tampilnya
masalah)
c.
Mengkaji
data dan eksperimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan
hipotesis)
d.
Mengorganisasikan,
merumuskan dan menjelaskan
e.
Menganalisis
proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif.
6.
Model
Tim Peserta Didik Kelompok Prestasi (Student teams Achievement
Divisions/STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dkk dari Universitas John
Hopkins. ada 5 langkah proses pelaksanaan model STAD, berikut ini:
a.
Penyajian
kelas
Guru menyajikan materi didepan kelas secara klasikal yang
difokuskan pada konsep dari materi yang akan dibahas. Peserta didik harus
memperhatikan selama presentasi berlangsung karena dapat membantu mereka dalam
mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai kelompok. Selanjutnya
peserta didik disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang
diberikan guru.
b.
Pembentukan
kelompok belajar
Peserta didik disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen.
c.
Pemberian
tes/kuis
Setelah belajar kelompok usai,
diadakan tes dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan belajar
peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari.
d.
Pemberian
skor peningkatan individu
Tahap ini dilakukan untuk memeberikan kepada peserta didik suatu
sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil
yang baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya
e.
Penghargaan
kelompok
Penghargaan kelompok ini diberikan dengan memberikan hadiah sebagai
penghargaan/usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar.
Sumber:
M. Sobry Sutikno. 2014. Metode
& Model-model Pembelajaran. (Lombok: Holistica)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar