A. Pengertian Baik Buruk
Dari segi bahasa, baik adalah
terjemahan dari kata khoir ( dalam bahasa arab ) atau good ( dalam bahasa Inggris ). Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah
sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian,
dan seterusnya.
Menurut
Ahmad Charris Zubair baik itu merupakan,jika tingkah laku manusia menuju
kesempurnaan,kebaikan adalah nilai apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi
kebaikan yang konkret.
Dengan demikian sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan, menyenangkan atau
bermartabat itu dinamakan baik. Sehingga yang dinamakan baik terkesan yakni
memusat serta menuju ke suatu arah yang dapat menguntungkan dan membahagiakan
manusia.
Sesuatu yang tidak
berharga, tidak berguna untuk tujuan apabila yang merugikan, atau yang
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan adalah buruk. Dalam bahasa Arab, yang buruk itu dikenal dengan
istilah syarr yang berarti tidak sempurna dalam kualitas, dibawah standard, kurang dalam nilai, tidak menyenagkan, dan sesuatu yang tercela.
Ada kategori buruk lainnya dari Ibnu ‘Arabi,
yaitu kebodohan, kebohongan, ketidak harmonisan, ketidakteraturan,
ketidaksesuaian perangai, dosa dan kekafiran. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa buruk adalah sesuatu yang merugikan
manusia sehingga tidak tercapai tujuannya, yang kemudian tidak membawa gembira
dan senang pada manusia.
Adakalanya ketika melihat suatu perbuatan, kita
langsung menyatakan jika perbuatan itu buruk. Karena ketidaktahuan kita akan
baik yang tersembunyi didalamnya. Ibnu ‘Arabi mencontohkannya seperti makan obat. Di sini
adalah suatu kasus buruk yang nampak, seperti rasa mual yang disebabkan oleh
rasa obat itu di mana pasien mencaci obatnya sebagai buruk, karena pasien tidak
mengetahuinya
Didalam akhlak Islamiyah, antara baik sebagai
akhlak atau cara atau tujuan sementara harus segaris atau sejalan dengan baik
sebagai tujuan sementara dan tujuan akhir berada dalam satu garis lurus yaitu
berdasarkan satu norma karena didalam akhlak Islamiyah ini disamping baik itu
harus benar. Misalnya untuk menjadi seorang pengusaha yang kaya. Ia harus
berusaha dengan jalan yang halal, tidak dengan menganiaya orang lain, tidak
dengan jalan korupsi. Sebab didalam akhlak Islamiyah ada garis yang jelas
antara yang boleh dan tidak boleh, antara yang boleh dilampaui atau tidak,
antara halal dan haram.
B.
Ukuran Baik dan Buruk
Menurut Poedjawijatma tentang pandangan filsafat yang berkaitan denga
manusia dan ini bergantung pada metafisika pada umumnya. Dalam menentukan suatu
perbuatan atau hal itu baik atau buruk seharusnya sesuai dengan ukurannya.
Aliran-aliran filsafat banyak mempengaruhi pemikiran akhlak serta mempengaruhi
dalam penentuan baik dan buruk.
1. Aliran Adat Istiadat (Sosialisme)
Pada aliran ini menentukan baik buruk berdasarkan adat istiadat yang
berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakatnya. Barangsiapa yang patuh dan taat
kepada adat istiadat tersebut maka orang yang bersangkutan dapat dipandang
baik. Dan begitu juga sebaliknya bila ia melanggar adat istiadat, maka ia akan
dipandang telah berbuat buruk.
Dalam suatu masyarakat memiliki adat istiadat yang berbeda dari yang
lainnya, jadi kita tidak berhak menilai adat yang ini buruk atau adat yang itu
buruk. Karena adat istiadat pada dasarnya adalh hasil budaya manusia yang
bersifat relatif dan nisbi. Adanya paham adat istiadat dapat menunjukkan
eksistensi dan peran moral dalam masyarakat tersebut.
2. Aliran Hedonisme
Menurut
paham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan
kelezatan,kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis. Tetapi tidak
menepis pula bila ada yang mendatangkan. Dan apabila ia disuruh memilih
manakah perbuatan yang harus dilakukan maka yang dilakukan adalah mendatangkan
kelezatan.Tidak ada kebaikan dalam hidup ini selain kelezatan dan tidak ada
keburukan selain penderitaan.
Ada tiga sudut pandang yang menafsirkan tentang
kebahagiaan:
a.
Hedonisme individualistis
Bahwa manusia hendaknya selau mencari kebahagiaan diri
sepuas-puasnya dan mengorientasika seluruh sikap dan perilakunya untuk mencapai
kebahagiaan itu. Aliran ini berpendapat, jika suatu keputusan baik bagi
pribadinya maka disebutlah baik. Dan
jika keputusan itu tidak baik baginya, maka itulah yang buruk. Dengan kata lain, keputusan yang diambil
haruslah yang membawa kebahagiaan dan kenikmatan baginya.
b. Kebahagiaan rasional
Aliran ini berpendapat, jika kebahagiaan
atau kenikmatan individu haruslah berdasarkan pertimbangan akal sehat.
c. Kebahagiaan universal
Tolak ukur kebahagiaan aliran ini adalah
mengacu pada akibat perbuatan itu melahirkan kesenangan atau kebahagiaan kepada
seluruh makhluk. Yang menjadi patokan adalah bukan kesenangan dirinya sendiri
melainkan kebahagiaan setiap orang (universal).
3. Aliran Intuisisme (Humanisme)
Pada aliran Humanisme
berpendirian bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan naluri batiniah yang dapat
membedakan sesuatu itu baik atau buruk dengan hanya selintas pandang. Jadi, sumber
pengetahuan tentang suatu perbuatan mana yang baik maupun buruk adalah kekuatan
naluri. Kekuatan naluri atau batiniah terkadang berbeda refleksinya karena
pengaruh masa dan lingkungan, akan tetapi dasarnya tetap sama dan berakar pada
tubuh manusia.
Aliran ini adalah
bantahan dari aliran hedonism yang menilai dari dasar akibat suatu perbuatan
yang ditimbulkan, dan tujuan hidup manusia menurut aliran ini sebagai kebaikan
budi pekerti.
Akal adalah hasil perolehan, sedangkan intuisi adalah fitri dan
intrinsic pada batin menusia. Semua manusia memilikinya secara primordial.
Intuisi menjadi ilham manusia pada banyak hal, dan tindakan akhlaki selalu
diilhami oleh intuisi.
Jadi mereka yang lebih suka dan sering mendekatkan dirinya pada Tuhan
dan senantiasa membersihkan dirinya akan mempunyai intuisi yang lebih tajam
daripada orang yang biasa. Dan mereka ini lebih sering dimintai pendapat atau
nasihat dalam penilaian yang positif terhadap masalah yang sedang dihadapinya.
4. Aliran Evolusi
Berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini
selalu (secara berangsur-angsur) mengalami perubahan, yakni berkembang menuju
kea rah kesempurnaan. Maka tujuan manusia hidup adalah menggapai kebahagiaan,
sedangkan kebahagiaan selalu berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi. Oleh
karena itu, tidak ada suatu standar atau patokan menentukan perbuatan baik atau
buruk, karena kriteria kebahagiaan berkembang mengikuti perkembangan
masyarakat.
Dalam buku The Origin Of Species, Darwin mengemukkan
pendapatnya bila ada patokan di dalam terjadinya suatu evolusi, yakni:
·
Ketentuan alam (selection of nature)
·
Perjuangan hidup (struggle for life)
·
Kekal bagi yang lebih pantas (survival for the fit
test)
5. Aliran Utilitarianisme
Utilis berarti suatu hal yang berguna atau bermanfaat.
Maka dalam aliran ini berpendapat bahwa jika melakukan suatu hal atau
perbuatan, dan itu berguna maka dipandang sebagai perbuatan baik. Namun, jika
melakukan suatu perbuatan dan itu tidak bermanfaat, maka disebut perbuatan
buruk.
Dengan demikian, paham penentuan baik buruk suatu
perbuatan berdasarkan nilai guna mendapatkan perhatian di masa sekarang. Selain
itu, paham ini juga dapat menggunakan apa saja yang dianggapnya ada gunanya.
Stuarmill adalah orang yang menganut paham ini. Ia berkebangsaan Inggris.
6. Aliran Vitalisme
Paham ini adalah bantahan dari paham naturalism. Sebab
menurut paham ini penentuan baik buruk bukan berdasarkan alam tetapi
berdasarkan vitae.
Paham ini dipraktekkan para penguasa di zaman
feodalisme terhadap kaum yang bodoh dan lemah. Dengan kekuatan dan kekuasaan ia
mengembangkan pola hidup feodalisme, kolonialisme, dictator dan tiranik.
Aliran nvitalisme dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
1) Vitalisme pessimistis, bahwa manusia yang
dilahirkan adalah celaka. Paham ini mengungkapakn manusia yang satu adalah
merupakan serigala bagi manusia yang lainnya.
2) Vitalisme optimism, bahwa hidup atau
kehidupan adalah berarti pengorbanan diri. Maka mereka memandang jika hidup
yang sejati adalah kesediaan dan kerelaan untuk melibatkan diri dalam setiap
kesusahan.
7. Aliran Eksistensialisme
Berpandangan bahwaeksistensi di atas dunia selalu
dikaitkan pada keputusan-keputusan individu, artinya individu tersbut yang
menetapkan keberadaannya yang berwujud keputusan, bila individu tidak mengambil
keputusan maka tidak ada yang terjadi.
Tolak ukur paham ini adalah kebenaran yang terletak
pada pribadi. Bila keputusan yang diambilnya itu baik bagi pribadinya, maka
disebut baik, begitu juga sebaliknya. Maka, individu itu menentukan terhadap
sesuatu yang baik dan terutama sekali bagi kepentingan dirinya sendiri.
C. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam
Menurut ajaran Islam dalam menentukan baik dan buruk
itu didasarkan pada petunjuk al-Qur’an dan al-hadis. Untuk
menghasilkan kebaikan yang demikian, Islam memberikan tolak ukur yang jelas,
yaitu selama perbuatan yang dilakukan itu ditujukan untuk mendapatkan keridlaan Allah yang dalam pelaksanaannya
dilakukan dengan ikhlas.
a. Menurut
aliran Ahlusunnah WalJama’ah
Aliran ini berpendapat bahwa ketentuan baik dan buruk sudah ada ketentuan
dalam Al-Qur’an dan Hadits. Untuk
menentukan hal yang baik dan buruk,aliran ini mendahulukan nash lalu akal.
b.
Menurut aliran Tasawwuf
Menurut ahli tasawuf, nilai baik dapat
diukur dari perasaan bahagia. Dan sebaliknya, nilai buruk ditandai dengan hal
yang menyengsarakan. Menurut ahli
tasawwuf, baik dan
buruk terkait denga kehidupan ukhrowi, jika
kebaikan diperoleh didunia, maka kebaikan
tersebut harus menjadi
penyebab untuk memperoleh kebaikan di akhirat.
Dalam al-qur’an atau
al-hadits terdapat beberapa istilah yang mengacu baik pada yang baik maupun
yang buruk. Diantara beberapa istilah yang mengacu pada yang baik, sebagai
berikut:
a) Al-hasanah, digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang
disukai atau dipandang baik.
b) Thayyibah, digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang
memberikan kelezatan kepada pancaindera dan jiwa.
c) Khair, digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang
baik oleh seluruh umat manusia. Seperti berakal, adil, dll.
d) Mahmudah, untuk
menunjukkan sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang
disukai oleh Allah SWT.
e) Karimah, digunakan untuk menunjukkan pada perbuatan
dan akhlak yang terpuji yang ditampakkan dalam kenyataan hidup sehari-hari.
f)
Al-birr, digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluan atau
memperbanyak melakukan perbuatan yang baik.
D. Menganalisis Ayat Baik Dan Buruk Pada Al-Qur’an
Dalam Al-quran terdapat jika Allah menyuruh kita untuk beristiqamah,
berlaku adil dalam semua hal atau urusan. Sebagaimana yang terdapat dalam
firman Allah surat Al-a’raf ayat 29:
قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُواْ
وُجُوهَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا
بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ
Katakanlah:
"Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah):
"Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu
pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)".
Dan juga pada firman Allah yang terdapat
pada surat An-nahl ayat 90:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي
الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Dalam surat diatas, Allah SWT memerintahkan
berbuat adil dalam melaksanakan isi Al-quran yang menjelaskan segala aspek
kehidupan manusia, serta berbuat ihsan (keutamaan). Adil berarti mewujudkan kesamaan dan keseimbangan
diantara hak dan kewajiban mereka. Hak asasi tidak
boleh dikurangi disebabkan adanya kewajiban atas mereka.
Kezaliman lawan dari
keadilan yang wajib dijauhi. Kebahagiaan baru dirasakan
oleh manusia bilamana hak-hak mereka dijamin dalam masyarakat, hak setiap orang
dihargai, dan golongan yang kuat mengayomi yang lemah. Penyimpangan dari
keadilan adalah penyimpangan dari Sunah Allah menciptakan alam ini dan hal ini
tentulah akan menimbulkan kekacauan dan keguncangan dalam masyarakat manusia
seperti putusnya hubungan cinta kasih sesama manusia, tertanamnya dalam hati
manusia rasa dendam, kebencian, iri, dengki dan sebagainya.
Semua ini akan menimbulkan permusuhan yang menuju kehancuran. Oleh karena itu agama Islam menegakkan dasar-dasar keadilan untuk memelihara kelangsungan hidup masyarakat manusia itu.
Semua ini akan menimbulkan permusuhan yang menuju kehancuran. Oleh karena itu agama Islam menegakkan dasar-dasar keadilan untuk memelihara kelangsungan hidup masyarakat manusia itu.
DAFTAR PUSTAKA
Hafidah Febryanti, “Macam-macam Aliran Baik dan Aliran Buruk”, diakses
dari
http://hafidah-febry.blogspot.com/2011/05/macam-macam-aliran-baik-dan-aliran.html
pada Tanggal 25 May 2011
Lubis, Suhrawardi K. 1994. Etika Profesi
Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Mahjuddin. 2010. Akhlaq Tasawwuf. Jakarta: Kalam Mulia.
Mutahhari, Murthada. 1995. Falsafah Akhlak. Bandung: Pustaka
Hidayah.
Nata, Abuddin. 1996.
Akhlak Tasawuf . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Poedjawijatna. 1982. Etika Filsafat
Tingkah Laku. Jakarta: Bina Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar