DORONGAN-DORONGAN DALAM AL-QUR’AN
Di Ajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Tafsir
Tarbawy”
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
dengan rahmat dan karunia Allah SWT Kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas ujian mata kuliah Tafsir Tarbawy. Kesemuanya itu tidak
terlepas dari rohmat dan rahim serta pertolongan-Nya, sehingga semua hambatan dan
kendala yang dihadapi dapat diselesaikan dengan lancar. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing
umat-Nya ke jalan yang benar dan diridloi-Nya.
Tak lupa pula penulis
ucapkan ribuan terimakasih kepada dosen pembimbing M. Afifudin Dimyati yang
telah merelakan waktunya kepada penulis untuk membantu dan memotivasi penulis
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari dalam
proses penulisan makalah ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, tetapi berkat
bantuan dari berbagai pihak baik materil maupun spiritual beban yang berat itu
dapat teratasi. Penulis mengharapkan kritik dan saran atas kesalahan dan
kekurangan yang ada dalam penulisan makalah ini.
Penulis
Surabaya, 12 Oktober 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Manusia
memiliki banyak sekali kebutuhan. Di antaranya ada yang disebut dengan
kebutuhan primer, kebutuhan ini
merupakan kebutuhan yang harus di penuhi. Karena kebutuhan ini merupakan
kebutuhan yang berhubungan dengan kebutuhan mempertahankan eksisitensi diri dan
memelihara keberlanjutan spesies. Ada juga kebutuhan untuk mencapai ketenangan
jiwa dan kebahagiaan hidup. Kebutuhan-kebutuhan pokok itulah yang mendorong atau
memotivasi manusia untuk melakukan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Kebutuhan
manusia yang bersifat fisiologis berkaitan dengan keseimbangan organik dan
kimiawi dalam tubuh seperti kekurangan sari makanan atau kandungan air dalam
tubuh. Kebutuhan ini mendorong manusia supaya berusaha memperoleh makanan dan
minuman untuk memenuhi kebutuhannya.
Di samping
kebutuhan fisiologis, manusia juga mempunyai kebutuhan psikologis dan
spiritual. Diantara kebutuhan tersebut ada yang bersifat penting dan lazim.
Tujuannya ialah untuk menciptakan rasa aman dan ketenangan jiwa. Kebutuhan ini
ada pada setiap diri manusia seperti kebutuhan untuk mengenal
Allah
SWT. Dan sesuatu untuk mendapatkan rasa aman, nyaman dan damai dari mengenal
tuhannya. Sebagaimana juga manusia mempunyai naluri untuk bersosialisasi dalam
suatu komunitas, paling tidak ia merasa aman dan di hargai oleh individu yang
lain serta merasa bahagia di tengah-tengah masyarakat.
Manusia butuh untuk meraih prestasi, sukses, unggul dari yang lain,
dan merealisasikan ambisinya, karena semua itu dapat menumbuhkan rasa percaya
diri, puas dan bahagia. Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat
yang menjelaskan tentang dorongan fisiologis dan psikologis. Untuk lebih
jelasnya marilah kita pelajari bersama tentang kedua dorongan tersebut.
B.
TUJUAN PEMBAHASAN
Dengan adanya pembahasan ini di harapkan mahasiswa mampu memahami :
1.
Dorongan-dorongan fisiologis dan psikilogis
2.
Macam dorongan fisiologis dan psikologis
3.
Konflik dalam dorongan fisiologis dan psikologis
4.
Kendali kedua dorongan fisiologis dan psikologis
5.
Serta mampu menganalisis nilai-nilai Al-Qur’an yang terkait dengan
dorongan-dorongan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dorongan
Dorongan ialah kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam
diri makhluk hidup dan memotori tingkahlaku serta mengarahkannya pada suatu
tujuan atau berbagai tujuan. Dorongan-dorongan itulah yang mendorong makhluk
hidup untuk memenuhi kebutuhan primer serta mendorong makhluk hidup untuk
melakukan banyak tindakan penting yang bermanfaat dalam usahanya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.[1]
Sigmund Freud berpendapat bahwa dasar dari motivasi tingkah laku
manusia adalah insting (naluri) semua perilaku manusia berasal dari dua
kelompok naluri:
1.
Energi naluri kehidupan adalah berkeinginan yang pada kegiatan seksual
2.
Naluri kematian terbentuk dari dalam diri bentuk bunuh diri,
merusak diri sendiri atau orang lain (agresi).
K.S. Lashley, Dalam eksperimennya bahwa motivasi dikendalikan oleh
respon-respon susunan saraf sentral ke arah rangsangan dari dalam dan dari luar
yang variasinya sangat komplek termasuk perubahan komposisi kimiawi dan aliran
darah. Para ahli jiwa modern membagi dua dorongan pokok yaitu: dorongan
fisiologis dan psikologis.
B.
DORONGAN FISIOLOGIS
Dorongan fisiologis berkaitan dengan keseimbangan organik dan
kimiawi dalam tubuh seperti kekurangan sari makanan atau kandungan air dalam
tubuh. Kebutuhan ini mendorong manusia berusaha untuk mendapatkan makanan dan
air untuk memenuhi kebutuhannya, yang bertujuan untuk mengembalikan
keseimbangan tubuh. Motivasi fisiologis yang bersifat naluriah dan tidak di
peroleh melalui proses pembelajaran (al-muktasabah). Motivasi fisiologis
meliputi berbagai kebutuhan seperti rasa lapar, rasa haus, bernapas, istirahat
(tidur), buang air besar dan air kecil, hubungan seksual, dll.[2]
Allah,
yang telah memberi karunia nikmat wujud bagi setiap makhluk, telah menciptakan
dalam diri para makhluk-Nya karakteristik dan sifat-sifat khusus yang membuat
para makhluk mampu melaksanakan fungsi-fungsi yang telah di ciptakan Allah bagi
mereka.
رَبَّنَاالَّذِى أَعْطَى كُلَّ شىءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ
هَدَى
“Tuhan kami ialah
(Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadiannya,
kemudian memberinya petunjuk”
(QS, Thaha, 20 : 50)
Fungsi fungsi fisiologis yakni melakukan
fungsi biologis yang penting bagi hewan dan manusia. Fungsi fisiologis inilah
yang memenuhi kebutuhan tubuh dan menutup semua kekurangan organis dan kimiawi yang menimpa tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut yang selalu menjaga kadar tertentu dari keseimbangan
biologis yang di perlukan untuk memelihara diri dan kelangsungannya. Dan
apabila keseimbangan ini mengalami goncangan maka timbullah suatu dorongan yang
spontan untuk mengembalikan keseimbangan tubuh. Kegiatan yang spontan ini
berlangsung atas dorongan fisiologis murni, tanpa adanya dorongan individu yang
bersangkutan, misalnya seperti dorongan yang timbul sewaktu mata meneteskan air
mata karena ada benda asing yang masuk ke dalam kelopak mata.
Dorongan fisiologis terbagi menjadi dua
yakni : pertama, dorongan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup individu, dan
yang kedua dorongan yang di perlukan untuk menjaga kelestarian jenisnya.
1.
Dorongan Untuk Menjaga Diri
Allah telah mengemukakan dalam beberapa ayat Al-Qur’an tentang
dorongan-dorongan fisiologis yang berfungsi untuk menjaga diri dan kelangsungan
hidup individu, misalnya dorongan rasa lapar, haus, capai, kapanasan, rasa
sakit dan bernafas.
Dalam firman-Nya kepada Adam sewaktu ia
masih di surga, Allah mengingatkan nikmat yang telah ia terima. Karena karunia
itulah ia tidak tertimpa rasa lapar atau haus, tidak telanjang sehingga tidak
merasa malu dan menjadi sakit karena perubahan cuaca, serta tidak merasakan
panasnya sinar matahari. Tetapi Allah juga mengingatkannya agar tidak terjatuh
dalam godaan syetan yang berusaha mengeluarkannya dari surga, agar Adam turun
kebumi dan ia beserta anak-anaknnya akan merasakan susah payahnya berusaha,
bekerja untuk mendapatkan makanan dan menggali sumur untuk mencari air minum.
Firman Allah SWT :
فَقُلْنَا يَأَدَمَ أِنَّ هَذَاعَدُوَّ لَّكَ
وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمِامِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى . أِنَّ
لَكَ أَلَّا تَجُوْعَ فِيْهَاوَلَاتَعْرَى . وَأَنَّكَ لَاتَطْمَؤُا
فِيْهَا وَلَا تَضْحَى .فَوَسْوَسَ أِلَيْهِ الشَّيْطَنَ قَالَ يَأَدَمُ
هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ اَلحُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلِى .
“Maka kami berkata : “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh
bagimu dan bagi istrimu, maka sekali- kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu
berdua dari surga, yang menyebabkankamu sengsara. Sesungguhnya kamu tidak akan
kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak
akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan di timpa panas matahari di dalamnya”.
Kemudian syetan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “ Hai
Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon keabadian dan kerajaan yang tidak
akan binasa ?”(QS,Tha Ha, 20: 117-120).
Dalam ayat tersebut terkandung tiga
dorongan penting untuk menjaga diri. Yaitu dorongan rasa lapar, rasa haus dan
dorongan untuk menghidari panas dan dingin yang berlebih-lebihan. Di dalam ayat
itu juga mengisyaratkan dorongan untuk tetap hidup dan dorongan memiliki (yang
termasuk dorongan psikologis). Dorongan untuk tetap hidup dan dorongan untuk
memiliki inilah yang melapangkan jalan syetan untuk menggoda Adam : “Maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon keabadian dan kerajaan yang tidak akan binasa
?”. Maka Adam pun lupa akan peringatan
Allah dan memakan buah pohon keabadian tersebut.
Dorongan untuk menjaga diri juga ada pada
hewan seperti yang ada dalam surat An-Naml :
وَحُشِرَ لِسُلَيْمَنَ جُنُوْدُهُ مِنَ الْجِنِّ
وَالْاِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوْزَنُوْنَ .حَتَّى اِذَا أَتُوْاعَلَى
وَادِ النَمْلِ قَلَتْ نَمْلَةُ يَأَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْامَسَكِنَكُمِ لَا
يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَنُ وَ جُنُوْدُهُ وَهُمْ لَايَشْعُرُوْنَ .
“Dan dihimpun untuk Sulaiman tentara jinnya, manusia dan burung lalu
mereka di atur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai
kelembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah kedalam
sarang-sarangmu, agar kamu tidak di injak oleh sulaiman dan tentaranya,
sedangkan mereka tidak menyadarinya”. (QS, An-Naml, 27: 17-18)
Kedua ayat ini mengandung isyarat yang
jelas pada dorongan-dorongan untuk menjaga diri pada semut-semut, sehingga
mendorong seekor semut di antara mereka, mungkin kepala atau pengawal
masyarakat semut, memperingatkan semut-semut lainnya untuk masuk ke dalam
sarang mereka, agar terhindar dari bahaya yang akan menimpa mereka.
2. Dorongan Mempertahankan Kelestarian Hidup Jenis
Sebagaimana dengan kebijaksanaan-Nya, Allah telah menciptakan dalam diri
manusia dan hewan dorongan-dorongan fisiologis alamiah yang mendorong manusia
untuk mempertahankan kalestarian jenisnya yang terbagi menjadi dua bagian yakni
dorongan seksual dan dorongan keibuan.
a) Dorongan Seksual
Dorongan seksual mempunyai suatu fungsi
penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat dorongan
seksual inilah dapat terbentuknya keluarga, dari keluarga terbentuk bangsa dan bumi menjadi ramai dan bangsa saling
mengenal, kenudayaan berkembang, dan ilmu pengetahuan serta industri menjadi
maju.
فَاطِرُالسَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ أَزْوَجًاوَمِنَ الْأَنْعَمِ أَزْوَجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيْهِ لَيْسَ
كَمِثْلِهِ, وَهُوَالسَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis
kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan
(pula) , di jadikann-Nya kamu berkembang biak dengan jalan
itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”.(QS, Asy-Syura, 42 : 11)
Allah juga menciptakan fungsi untuk
melahirkan keturunan pada tumbuh-tumbuhan sebagaimana firman-Nya :
وَمِنْ كُلِّ الثَمَرَتِ جَعَلَ فِيْهَا زَوْجَيْنِ
اَثْنَيْنِ
“....Dan di jadikan padanya semua
buah-buahan berpasang-pasangan...”
(QS, Ar-Rad, 13:3)
Dorongan seksual merupakan landasan
pembentukan keluarga, dimana suami dan istri sama-sama mendapatkan kedamaian
hati, sehingga timbul rasa aman tentram dan damai. Dan antara keduanya timbul perasaan icnta, kasih sayang, dan rahmah yang akan
mendorong terpeliharanya kehidupan bersama dengan harmonis dan rasa saling
tolong-menolong.
b) Dorongan Keibuan
Dengan kebijaksanaan-Nya Allah menciptakan dalam diri wanita suatu
dorongan alamiah yang membuat mereka melaksanakan misi utamanya yakni
melahirkan demi kelangsungan jenisnya. Dengan senang hati mengandung,
melahirkan, menyusui, menyayangi dan menjaga anaknya hingga tubuh dewasa.
Perasaan cinta ibu kepada anaknya dapat di
lihat dalam kisah Nabi Musa as:
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوْسَى فَرِغًا اِنْ كَادَتْ
لِتُبْدِى بِهِ, لَوْلَا أَنْ رَّبَطْنَا عَلَى قَلْبِهضا لِتَكُوْنَ مِنَ
الْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan menjadi kosonglah hati ibu
Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya
tidak kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya
(kepada janji Allah).”(QS, Al-Qashash, 28:10)
Dengan kata lain, hati ibu Musa menjadi
kosong dari fikiran tentang segala sesuatu kecuali tentang anaknya. Karena rasa
takut dan sedihnya ia hampir saja menyatakan rahasia Musa, andaikan Allah tidak
meneguhkan hatinya dan menurunkan rasa tenang padanya. Dan ketika anaknya
kembali maka kebahagiaannyapun kembali lagi:
فَرَدَدْنَهُ اِلَى اُمُّهِ, كَى تَقَرَّ عَيْنُهَا
وَلَا تَحْزَنَ
“Maka kami kembalikan Musa kepada
ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita...”(QS, Al-Qashash, 28
:13)
C. DORONGAN-DORONGAN PSIKIS
Dorongan psikis ialah dorongan yang tidak
bisa di rujukkan secara langsung pada kondisi fisiologis, dorongan psikis merupakan dorongan yang dipelajari manusia dalam
proses sosialisasi yang dijalaninya. Ilmu jiwa modern berpendapat bahwa
dorongan psikis merupakan dorongan yang di peroleh berdasarkan dorongan
fisiologis kita. Dorongan psikis tidak ada
hubungannya dengan menjaga eksistensi diri dan kelestarian jenis,
dorongan ini hanya untuk memenuhi kebutuhan jiwa dan ruh. Sekalipun demikian
dorongan ini juga menjadi kebutuhan penting bagi manusia, karena kebutuhan ini
memberikan rasa aman, tentram dan bahagia. Dorongan psikis terbagi menjadi :
1. Dorongan Memiliki
Dorongan memiliki termasuk dorongan psikis yang di pelajari manusia
dalam proses sosialisasi. Dari kebudayaan manapun dan pengalaman pribadinya,
manusia belajar rasa cinta untuk memiliki harta, dan berbagai hak milik yang menumbuhkan
rasa tentram dari kemiskinan dan membekalinya dengan pengaruh pangkat, dan
kekuatan dalam masyarakat. Firman Allah:
زُيِّنَ لِلنَّاسش حُبَّ الشَّهَوَتِ مِنَ
النِّسَاءِوَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَطِيْرِ المُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْحَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَم وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَعُ
الحَيَوةَ الدُّنْيَا وَاللهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَأَبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang di ingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan
disisi Allah lah tempat kembali yang baik(surga).”(QS, Ali Imran, 3:14)
Dorongan memiliki ini merupakan salah satu di antara
dua dorongan penting yang di bangkitkan iblis pada diri Adam as, yang
membuatnya jatuh pada perbuatan maksiat. Seperti yang terkandung dalam QS, Tha
Ha, 20:120, “Kemudian syetan membisikkan pikira jahat kepadanya, dengan
berkata:” Hai Adam maukah saya tunjukkan kepadamu pohon keabadian dan kerajaan
yang tidak akan binasa ?”.
Dari godaan syetan terhadap diri Adam bahwa ia akan
menunjukkan kepada Adam “ kerajaan yang tidak akan binasa”, dengan sendirinya
dapat di simpulkan bahwa dorongan memiliki merupakan dorongan alamiah atau
instink pada diri Adam dan anak-anaknya.
2. Dorongan Memusuhi
Dorongan memusuhi nampak dalam tingkahlaku
manusia yang memusuhi orang lain dengan tujuan untuk menyakiti, baik dalam bentuk fisik maupun kata-kata.
Permusuhan pertama yang terjadi dalam
kehidupan manusia yaitu permusuhan Qabil, anak adam terhadap saudaranya Habil
yang tercantum dalam firman Allah :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأْ اَبْنَى أَدَمَ بِالْحَقِّ
اِذْ قُرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِ هِمَاوَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنْ
الْاَخَرِ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ
الْمُتَّقِيْنَ .لَئِنْ بَسَطتَ اِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَا أَنَا
بِبَاسِطٍ يَدِىَ أِلَيْكَ لِاَقْتُلَكَ اِنِّى أَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَلَمِيْنَ
. اِنِّى أُرِيْدُ أَنْ تَبُوْأَ وَاِثْمْكَ فَتَكُوْنَ مِنْ أَصْحَبِ
النَّارِ وَذَلِكَ جَزَؤُا الظَّلِمِيْنَ .
فَطَوَّ عَتْ لَهُ نَفْسُهُ, قَتْلَ أَخِيْهِ فَقَتَلَهُ,فَأَصْبَحَ مِنَ
الْحَسِرَيْنَ.
“Ceritakanlah kepada
mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya,
ketika keduanya mempersembahkan korban, maka di terima dari salah seorang dari mereka
berdua (Habil) dan tidak di terima dari yang lain. Ia (Qabil) berkata: “Aku
pasti membunuhmu!”. Berkata Habil:”Sesungguhnya Allah hanya menerim korban dari
orang yang bertakwa”. “ Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku tikan akan sekali-kali menggerakkan tanganku untuk membunuhmu.
Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan
dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian
itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim”. Maka hawa nafsu Qabil
menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itulah di bunuhnya,
maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi”. (QS,Al-Maidah,
5:27-30)
Para ahli ilmu jiwa dan pskologi berbeda pendapat
mengenai permusuhan, apakah permusuhan itu termasuk dorongan alamiah atau
dorongan yang di peroleh dengan belajar?. Freud dan Lorenz bahwa permusuhan
termasuk dorongan alamiah, namun ahli jiwa lainnya tidak sepakat dengan
pendapat tersebut. Sebab ini memberikan konsepsi yang negatif dan pesimistis
terhadap tabiat manusia. Dengan wawasan yang seperti itu manusia akan nampak
memiliki fitrah yang cenderung melakukan kejahatan dan permusuhan. Sedangkan
Fromm dan Moslow, cenderung mengukuhkan aspek-aspek yang positif, kooperatif
dan baik dalam tabiat manusia.
Para ahli ilmu jiwa modern memandang bahwa memusuhi
termasuk tingkah laku yang di peroleh dari belajar seiring dengan firman Allah
:
وَهَدَيْنَهُ النَّجْدَيْنِ
“Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan”
(QS.Al-Balad,
90:10)
3. Dorongan berkompetisi
Kompetisi merupakan salah satu dari
dorongan psikis yang dipelajari seseorang dari kebudayaan dimana ia hidup. Pendidikan yang di
terimanya mengantarkannya pada aspek-aspek dimana kompetisi di pandang baik,
demi kemajuan dan perkembangannya sesuai dengan nilai-nilai yang di pegang oleh
masayakat dimana tempatnya tinggal. Terkadang seseorang belajar dari kebudayaan
dimana ia hidup, kompetisi ekonomis, kompetisi politik, kompetisi ilmiah atau
kompetisi-kompetisi lainnya. Dalam Al-Qur’an di jelaskan kompetisi dalam hal
bertaqwa kepada Allah, kebajikan, berpegang teguh peda nilai-nilai manusiawi
yang luhur, dan lain-lain.
سَا بِقُوْا اِلَى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكَمْ
وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِوَالْاَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِيْنَ
ءَامَنُوْابِاللهِ وَرُسُلِهِ,ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاُء وَاللهِ
ذُوالْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan
dari tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang di sediakan bagi
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya. Itulah karunia
Allah, di berikan-Nya kepada siapa yang
di kehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS,
Al-Maidah, 5:48)
Dalam ayat tersebut di jelaskan bahwa manusia di
anjurkan agar berlomba-lomba(berkompetisi) dalam mendapat ampunan dari Allah.
4. Dorongan Beragama
Dorongan beragama merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan
alamiah dalam waktak kejadian manusia. Dalam relung jiwanya manusia merasakan
adanya dorongan untuk mencari dan memikirkan Sang Penciptanya dan Pencipta alam
semesta, dorongan untuk menyembah-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya setiap
kali ia ditimpa malapetaka dan bencana. Namun godaan duniawi yang lebih
mementingkan kebutuhan jasmani atau materi dapat membuat manusia lupa pada
fitrahnya sebagai makhluk berTuhan bahkan lambat laun dapat terkikis sehingga
manusia akan semakin jauh dari nilai-nilai spiritualitas keagamaan yang
sebenarnya tersembunyi dalam relung bawah sadarnya.
وَاِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ
بَنِى أَدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ
أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوْابَلَى شَهِدْنَا اَنْ تَقُوْلُوْايَوْمَ الْقِيَمَةِ
اِنَّ كُنَّا عَنْ هَذَا غَفِلِيْنَ
“Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman):” Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul(Engaku
Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) tak tahu apa-apa
tentang hal ini”.(QS, Al-A’araf, 7: 172)
Dari ayat tersebut tampak jelas bahwa dalam tabiat
manusia terdapat kesiapan alamiah untuk mengenal Allah dan mengesakan-Nya. Jadi
pengakuan terhadap terhadap Tuhan tertanam kuat dalam fitrahnya dan telah
tertanam dalam jiwa manusia sejak zaman azali.
D. KONFLIK ANTAR DORONGAN
Apabila sebagian dorongan pada diri manusia saling
bertentangan, misalnya saja salah satu dorongannya tertarik kesuatu arah tertentu,
sementara dorongan yang lain tertarik ke arah yang berlawanan, maka orang itu
akan tertimpa perasaan resah, ragu-ragu dan tidak mampu mengambil keputusan
arah mana yang harus di tempuhnya. Keadaan demikian di sebut konflik psikis.
Dalam Al-Qur’an konflik psikis di deskripsikan sebagai keadaan yang di derita
oleh sebagian orang yang mempunyai sikap ragu-ragu dalam masalah keimanan.
Jadi, tidak sepenuhnya mereka beriman tapi tidak juga dalam keadaan kafir. Firman Allah :
قُلْ أَنَدْعُوْامِنْ
دُوْنِالله مَالاَيَنْفَعُنَا وَلاَيَضُرُّنَا وَنُرَدَّعَلَى أَعْقَابِنَا بَعْدّ
اِذَ هَدَنَا الله كَالَّذِى اسْتَهْوَتْهُ الشَّيَطِيِنُ فِي الاَرْضِ حَيْرَانَ
لَهُ, أَصْحَبٌ يَدْعُوْنَهُ, اِلَى الْهُدَى ائتِنَا
“Katakanlah: “Apakah kita akan
menyaru selain pada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan
kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah)
kita akan di kembalikan ke balakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada
kita, seperti orang yang telah di sesatkan syetan di bumi dalam keadaan
bingung. Dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus
(dengan mengatakan) : “Marilah ikuti kami...”(QS, Al-An’am, 6:71)
Ayat ini menjelaskan bahwa keadaan konflik
psikis, keresahan dan keraguan yang di timbulkan pada diri seseorang. Dari satu
pihak syetan berusaha menjatuhkan dan meniknya kearah kesesatan dan kekafiran. Di pihak
lain, kawan-kawannya yang beriman menyerunya pada petunjuk dan keimanan.
Sementara itu ia berdiri tegak ditengah-tengah, diantara kedua seruan.
E. Pengendalian Dorongan
Allah telah menciptakan berbagai dorongan dalam diri
manusia guna merealisasian tujuan yang di kehendaki Allah seperti
penjagaan diri dan kelangsungan hidup seluruh jenis. Dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah tidak terdapat terdapat hal-hal yang mengisyaratkan di anggap
buruknya dorongan-dorongan tersebut, di tolak ataupun di ingkari. Sebaliknya,
Al-Qur’an dan As-Sunnah menyerukan perlunya mengendalikan dorongan-dorongan
tersebut dengan batas-batas yang di perkenankan syari’at,dan tanpa
berlebih-lebihan.
يَأَيُّهَاالَّذِينَ
أَمَنُوْالاَتُحَرِّمُوْاطَيِّبَتِ مَاأَحلَّ اللهُ لَكُمْ وَلاَتَعْتَدُوْا
اِنَّاللهَ لاَيُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ, وَكُلُوْا مِمَّا رَزَقْكُمُ اللهُ
حَلَلاً طَيِّبًاوَاتَّقٌوا اللهَ الَّذِى أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai otang-orang yang melampaui batas. Dan
makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezikan
kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kapada-Nya”. (QS,
al-Maidah 5:87-88)
Dalam ayat di atas dijelaskankan bahwa Allah melarang berbuat sesuatu yang
melampaui batas, dan Allah juga malarang untuk memenuhi dorongan-dorongan
dengan malanggar syariat.
BAB III
KESIMPULAN
· Dorongan ialah
kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam diri makhluk hidup dan
memotori tingkahlaku serta mengarahkannya pada suatu tujuan atau berbagai
tujuan.
· Motivasi
fisiologis yang bersifat naluriah dan tidak di peroleh melalui proses
pembelajaran (al-muktasabah). Motivasi fisiologis meliputi berbagai
kebutuhan seperti rasa lapar, rasa haus, bernapas, istirahat (tidur), buang air
besar dan air kecil, hubungan seksual, dll.
1.
Dorongan untuk menjaga diri
2.
Dorongan mempertahakan kelestarian hidup jenis
a.
Dorongan seksual : yaitu satu fungsi penting melahirkan keturunan
demi kelangsungan hidup
b.
Dorongan keibuan : Allah menciptakan dalma setiap diri wanita
dengan alamiah yang membuat mereka siap untuk melaksanakan misi utamanya untuk
melahirkan demi kelangsungan hidup jenis manusia.
A.
Dorongan-dorongan Psikis
1.
Dorongan untuk memiliki
2.
Dorongan memusuhi
3.
Dorongan berkompetis
4.
Dorongan Beragama
B. Konflik Antar Dorongan
Dalam Al-Qur’an konflik psikis di deskripsikan sebagai
keadaan yang di derita oleh sebagian orang yang mempunyai sikap ragu-ragu dalam
masalah keimanan. Jadi, tidak sepenuhnya mereka bariman tapi tidak juga dalam
keadaan kafir.
C. Pengendalian Dorongan
Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak terdapat terdapat hal-hal yang
mengisyaratkan di anggap buruknya dorongan-dorongan tersebut, di tolak ataupun
di ingkari. Sebaliknya, Al-Qur’an dan As-Sunnah menyerukan perlunya
mengendalikan dorongan-dorongan tersebut dengan batas-batas yang di perkenankan
syari’at dan tanpa berlebih-lebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul
Karim.
Utsman Najati, Muhammad . 1985. Al-Qur’an dan ilmu jiwa. Bandung
: Pustaka.
Utsman
Najati, Muhammad. 2004. Psikologi Dalam Perspektif Hadits. Jakarta :
Pustaka Al Husna Baru.
http://drmasda.wordpress.com/category/psikologi-motivasi/ di Akses pada: 10 Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar