trima kasih sudah mampir di blog saya dan jangan bosan mampir yaaa

Kamis, 03 Desember 2015

TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA ARAB 

1
Oval: 1BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hingga kini, “bahasa” di definisikan dengan beragam pengertian. Sebagian mengatakan bahwa bahasa adalah perkataan-perkataan yang di ucapkan atau ditulis, sebagian lainya mengatakan bahasa sebagai alat komunikasi bagi manusia, dan  ada juga yang mendefinisikan bahasa hanya sebagai kumpulan kata-kata dan kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan.
Adapun Bahasa Arab merupakan bahasa yang mempunyai ciri-ciri kekhususan serta tidak terdapat pada bahasa-bahasa lainnya. Kemudian dari kekhususannya ini menjadikan Bahasa Arab sebuah bahasa yang fleksibel, mempunyai elastisitas yang tinggi, sehingga mampu  menjalankan dan mempertahankan fungsinya sebagai bahasa komunikasi, sarana dalam penyampaian tujuan agama, dan pencatatan berbagai ilmu pengetahuan dengan mudah dan benar.

Ada empat kompetensi dalam  Bahasa Arab, yaitu kompetensi mendengar, berbicara, membaca dan menulis.[1] Dalam penguasaan empat kompetensi tersebut, maka diperlukan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab.

B.     Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membahas tentang:
1.      Pengertian Pembelajaran.
2.      Teknik Pembelajaran Bahasa Arab.
3.      Media Pengembangan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab.

 

2
Oval: 2BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain.[2] Usaha ini bisa dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar yang diperlukan. Pembelajaran tidak harus diberikan oleh pengajar saja, akan tetapi bisa juga dilakukan oleh setiap orang yang mampu dan memiliki kompetensi dalam mengembangkan suatu pelajaran. Tujuan pembelajaran ini adalah agar menciptakan suatu proses belajar yang bermanfaat, baik itu bermanfaat bagi siswa yang diajar ataupun bagi proses itu sendiri.
Menurut Wotruba and Wright (1975) pembelajaran ini disebut sebagai pembelajaran yang efektif. Ada tujuh indikator yang menunjukkan pembelajaran yang efektif, yaitu[3]:
1.    pengorganisasian yang baik,
2.    komunikasi secara efektif,
3.    penguasaan dan antusiasme dalam mata kuliah,
4.    sikap positif terhadap mahasiswa,
5.    pemberian ujiandan nilai yang adil,
6.    keluwesan dalam pendekatan pengajaran, dan
7.    hasil belajar mahasiswa yang baik.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga sering kali banyak orang bingung untuk membedakannya.[4] Diantara istilah tersebut adalah, teknik, metode, dan strategi pembelajaran. Yang dimaksud dengan teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik, misalnya dalam metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang mayoritas siswanya aktif dengan kelas yang mayoritas siswanya pasif. Dalam hal ini, guru bisa memiliki teknik yang berbeda-beda meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sedangkan, yang dimaksud dengan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa metode yang dilakukan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah diskusi, debat, ceramah, pengalaman lapangan, dll.[5]
Sementara itu, yang dimaksud dengan strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.[6]

B. Teknik Pembelajaran Bahasa Arab
Dalam pembelajaran Bahasa Arab, terdapat beberapa teknik yang mendukung proses pembelajaran, yaitu:[7]
1.      Almuhadatsah (Bercakap-cakap)
Pelajaran Al-Muhadatsah merupakan pelajaran Bahasa Arab yang paling utama, tujuannya adalah agar siswa mampu bercakap-cakap atau berbicara dengan bahasa arab dalam kehidupah nyata. Maksud dari berbahasa disini adalah berbahasa lisan.
Cara menyajikan teknik Al-Muhasatsah dalam Bahasa Arab itu  melalui percakapan, baik itu antara guru dan murid, ataupun murid dengan murid. Yang terpenting adalah, siswa mampu menambahkan perbendaharaan mufradat. Dalam pembelajaran ini siswa tidak di tuntut untuk mengetahui qawa’id, akan tetapi siswa dituntut untuk berbicara dengan Bahasa Arab meskipun pada awalnya siswa tidak mengerti arti dari yang mereka katakan, akan tetapi lama kelamaan siswa pasti akan mengerti dan memahami arti dari yang mereka katakan, sehingga banyak kalangan menilai bahwa sistem dan metode yang dikembangkan ini sangat efektif.
Teknik pembelajaran Al-Muhadatsah adalah:
a.       Bercakap-cakap dengan Bahasa Arab, dengan tujuan melatih lidah siswa agar terbiasa berbicara dengan Bahasa Arab.
b.      Guru meminta siswa terampil berbicara dalam Bahasa Arab mengenai kejadian apa saja dalam masyarakat dan dunia internasional.
c.       Siswa dituntut untuk mampu menerjemahkan percakapan, baik dari media telepon, radio ataupun televisi.
d.      Guru hendaknya mampu menumbuhkan rasa cinta siswa terhadap Bahasa Arab, sehingga timbul kemauan pada siswa untuk belajar dan mendalaminya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Al-Muhadatsah;
a.       Berani mempraktikkan percakapan, dalam artian menghilangkan perasaan malu dan takut salah. Prinsip yang harus dipegang oleh siswa adalah, yang penting berbicara, masalah salah itu biasa.
b.      Rajin memperbanyak mufradat. Misalnya, dalam satu hari siswa berusaha menghafal sepuluh mufradat, jika di hitung  dalam satu hari sepuluh mufradat telah dihafal oleh siswa, maka dalam satu bulan siswa akan mendapatkan tiga ratus mufradat.
c.       Selalu melatih alat pendengaran dan pengucapan agar fasih dan lancar. Misalnya dengan cara mendengarkan pembicaraan orang lain baik melalui radio, atau siaran radio denga bahasa arab, dll.
d.      Membiasakan diri membaca buku berbahasa Arab.
e.       Terbiasa melatih berbicara menggunakan Bahasa Arab dalam kehidupan nyata.
f.       Suka bergaul dengan orang yang cakap dalam berbahasa Arab. Vygotsky dan Bruner yang menjelaskan model konstruktivisme sosial sebagai pengembangan kemampuan belajar kita melalui interaksi dengan mereka yang sudah memahami proses belajar dan telah membangun paham mereka sendiri terhadap situasi mereka.[8]
g.      Mengamalkan apa yang telah didapatnya.
2.      Al-Muthalaah (Membaca)
Al-Muthalaah disebut juga dengan Al-Qiraah, yaitu pelajaran membaca. Tujuannya agar siswa mampu membaca dengan benar dan memahami apa yang dibaca, baik itu dengan suara atau di dalam hati. Intinya, siswa mampu mengucapkan lafadz dalam Bahasa Arab secara fasih, lancar dan benar. Perlu diperhatikan bahwa dalam membaca, hendaknya siswa memperhatikan makhraj dan panjang pendeknya, sebab jika ada  satu kata saja yang salah dalam pelafalan Bahasa Arab maka akan menimbulkan kesalahan dalam makna.
Teknik pembelajaran Al-Muthalaah adalah:
a.       Apresepsi dan Pre test, yaitu guru hendaknya mampu menghubungkan antara pelajaran yang telah diajarkan dengan pelajaran yang akan disajikan, sehingga pelajaran menjadi kontekstual dan relefan.  Pre test bertujuan agar mengetahui seberapa besar penguasaan siswa  terhadap pelajaran yang telah diberikan.
b.      Siswa hendaknya mempelajari terlebih dahulu pelajaran yang akan diajarkan sebelum guru mengajarkan, dan siswa hendaknya menyimak guru secara baik dan tertib saat pelajaran berlangsung, kemudian guru hendaknya melakukan tanya jawab terhadap siswa.
c.       Guru meminta salah satu siswa yang pandai untuk mengulangi apa yang dibaca oleh guru supaya disimak dan ditirukan oleh siswa lain. Pada tingkat dasar membaca dianjurkan dengan suara yang keras, sedangkan pada tingkat atas kadang-kadang cukup mengikuti dalam hati, akan tetapi yang lebih utama adalah dengan bersuara.
d.      Setelah selesai membaca hendaknya guru membagi beberapa kelompok untuk memdiskusikan apa yang telah dibaca dan mengadakan tanya jawab diantara sesama kelompok.
Pemanfaatan kemampuan kerja sama atau kelompok dapat diperkirakan jumlah hasil belajarnya lebih besar dari pada yang dicapai oleh perorangan.[9]
e.       Bila bacaan terlalu panjang, sebaiknya bacaan tersebut diperpendek agar sederhana dan mudah dimengerti.
f.       Dalam memberikan penjelasan, hendaknya guru menyertakan contoh-contoh dan mengartikan mufradat yang sulit, agar siswa mencatatnya.
3.      Al-Imla’ (Dikte)
Al-Imla disebut dikte atau menulis. Cara pembelajaran Al-Imla adalah, guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis kemudian memperlihatkan kepada siswa, setelah itu guru menghapus tulisan tersebut dan menyuruh siswa untuk menulisnya kembali, atau dengan cara guru membaca suatu bacaan, kemudian menyuruh siswa untuk menulis apa yang telah dibaca oleh guru.
Tujuan dari Al-Imla adalah:
a.       Agar siswa mampu menulis kata-kata dan kalimat dalam Bahasa Arab.
b.      Melatih panca indra siswa menjadi aktif, baik itu perhatian, pendengaran, penglihatan maupun pengucapan dalam Bahasa Arab.
c.       Agar siswa mampu menulis Bahasa Arab dengan indah dan rapi.
d.      Menguji pengetahuan siswa tentang penulisan kata-kata yang telah dipelajari.
e.       Memudahkan siswa mengarang tulisan berbahasa Arab dengan gaya bahasanya sendiri.
4.      Al-Insya’ (Mengarang)
Al-Insya’ atau ta’bir mengarang dalam Bahasa Arab itu untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimiliki siswa. Melalui pelajaran ini diharapkan siswa dapat mengembangkan daya imajinasi secara kreatif dan produktif, sehingga pikirannya menjadi berkembang.
Tujuan pengajaran Al-insya’ adalah:
a.       Siswa dapat mengarang kalimat-kalimat sederhana dalam Bahasa Arab.
b.      Siswa terampil dalam mengemukakan buah pikirannya, baik melalui karya tulis/ berupa karangan lisan.
c.       Siswa mampu berkomunikasi melalui korespondensi dalam Bahasa Arab.
d.      Siswa dapat mengarang buku-buku cerita yang menarik dalam Bahasa Arab.
e.       Siswa dapat menyajikan berita atau peristiwa yang terjadi dalam lingkungan masyarakat melalui karya yang berbentuk cerita pendek (cerpen), atau berbentuk karya ilmiah lainnya yang aktual.
Dalam mengajarkan Al-Insya’ dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.       Materi pelejaran hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa, perkembangan berpikir dan usia mereka.
b.      Pada kelas dasar pelajaran  Al-Insya’ dapat diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat-kalimat yang telah diketahui siswa menjadi kalimat yang sederhana.
c.       Pada kelas atas, peningkatan pada pengajaran Al-Insya’ dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang sempurna, yang mengandung suatu pengertian yang utuh.
d.      Pada kelas tingkat tinggi, materi insya’ sudah tidak terikat lagi dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin sudah bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya menentukan topik atau tema karangan.

5.      Al-Mahfudzat (Hafalan kata-kata mutiara)
Pada umumnya, pelajaran menghafal syair-syair, kata-kata hikmah dalam Bahasa Arab sangat digemari siswa, terutama pada tingkat ibtida’iyah dan tsanawiyah.
Hafalan ternyata membentuk perioritas pertama yang membedakan antar sekolah, hingga memberi prioritas ke arah penerapan pemahaman yang dianggap lebih penting dalam proses berlangsungnya belajar mengajar di sekolah.[10]
Tujuan mempelajari Al-Mahfudzat adalah sebagai berikut :
a.       Mengembangkan daya fantasi, serta melatih daya ingatan.
b.      Memperkaya perbendaharaan kata dan percakapan.
c.       Mempermudah siswa dalam mempelajari Sastra Arab.
d.      Mendidik jiwa kesatria dan menanamkan budi luhur.
e.       Melatih siswa agar baik ucapannya.
f.       Melatih jiwa dan mental yang disiplin.
Al-Mahfudzat dapat didapat dengan menggunakan cara-cara :
a.       Guru membacakan teks Al-Mahfudzat, setelah lebih dahulu dituliskan di papan tulis, kemudian di ikuti oleh semua siswa hingga hafal di luar kepala. Kemudian guru menguji masing-masing siswa di depan kelas, setelah semua mendpatkan giliran, baru murid diperintah untuk menyalin di buku tulis.
b.      Membacakan Al-Mahfudzat sekaligus secara keseluruhan tanpa dibagi-bagi dalam potongan yang kecil, kemudian dibaca berkali-kali sampai hafal betul.
c.       Dengan cara membagi dalam bagian yang kecil, materi Al-Mahfudzat dan dihafal, setelah hafal betul bagian pertama, kemudian berpindah kebagian yang lain, dan seterusnya.

6.      Al-Qawaid (Tata Bahasa)
Dalam Bahasa Indonesia, Qawaid/ Nahwu Sharaf itu searti dengan “Tata Bahasa”, dan “gramer” dalam Bahasa Inggris.
Cara mengajarkan  Nahwu Sharaf atau Qawaid  :
a.       Guru hendaknya banyak memberikan contoh-contoh dari materi yang dibahas, agar pengajaran tidak membosankan, dan dapat memudahkan pengertian siswa.
b.      Pada contoh-contoh yang diberikan, hendaklah ditulis dipapan tulis, dan menjelaskan maksud dan pengertiannya.
c.       Pada saat guru menjelaskan maksud dan pengertian materi pelajaran nahwu sharaf, perhatian siswa penuh terpusat kepada materi.

7.      Al-Balaghah (Gaya Bahasa)
Al-Balaghah merupakan suatu cabang ilmu Bahasa Arab yang mempelajari kaidah-kaidah mengenai gaya bahasa untuk dipergunakan dalam pembicaraan atau tulisan. Adapun tujuan mempelajari Al-Balaghah antara lain :
a.       Merasakan dan memahami karya sastra secara mendalam.
b.      Mengungkapkan segi-segi keindahan dalam sastra.
c.       Merangsang kemampuan menyusun kalimat yang baik dan indah menurut pola-pola Al-Balaghah.
d.      Merasakan dan memahami Ijazul Qur’an dari segi gaya bahasa dan uslub.

C.      Media Pengembangan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab
Proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik tanpa tersedianya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif. Sarana dan prasarana ini dapat berupa perangkat lunak ataupun perangkat keras. Media sebagai sarana pendidikan berfungsi membantu siswa dan pengajar aktif. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa dan karakteristik materi yang diajarkan dapat membantu pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif. Dengan demikian, proses pembelajaran ataupun hasilnya menjadi lebih berkualitas karena tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.[11]
Adapun media pembelajaran yang dapat diterapkan dalam Bahasa Arab adalah:[12]
1.      Media pembelajaran mufradat
Media pembelajaran mufradat atau kosa kata dapat berupa benda asli yang berada di dalam kelas. Jika benda asli tidak dapat dibawa kedalam kelas, siswa dibawa ketempat media tersebut, misalnya pohon, air mancur dan lain sebagainya. Guru juga bisa menyediakan Model atau miniatur benda, misalnya mainan anak-anak, rumah-rumahan, boneka atau gambar-gambar. Dengan melihat secara langsung peserta didik dapat dengan mudah mengingat mufradat dari benda yang dilihatnya dan mengaitkatnya dengan kehidupan sehari-hari.
2.      Media pembelajaran tarkib
Untuk mampu berbahasa Arab dengan baik dan benar, siswa perlu menguasai tarkib atau susunan bahasa Arab yang biasa disebut dengan Nahwi dan Shorfy, namun siswa bukan hanya sekedar memahami kaidah-kaidahnya akan tetapi siswa juga harus mahir dalam menggunakan fungsi-fungsi tarkib dalam kalimat, karena pola kalimat merupakan hal penting dalam pembelajaran tarkib.
3.      Media pembelajaran menyimak
Guru bisa memutarkan lagu-lagu, percakapan, atau film-film berbahasa Arab agar siswa dapat membedakan makhraj-makhraj dan dapat mempraktikkannya dalam media pembelajaran berikutnya.
4.      Media pembelajaran berbicara
Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang efektif. Karena pembelajaran ini dapat mempercepat kemampuan siswa dalam berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan Bahasa Arab. Disamping itu dalam pembelajaran ini guru dapat mengetahui taraf kefasihan siswa, sehingga guru dapat memberi masukan kepada siswa agar mampu berbicara dengan baik dan benar yang sesuai dengan tajwid. Guru juga perlu mengulangi pelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan dipadukan dengan ilustrasi-ilustrasi atau hal-hal yang baru sedangkan siswa menyimaknya.[13]
5.      Media pembelajaran membaca
Kemampuan berbahasa, khususnya membaca merupakan syarat mutlak untuk belajar sendiri. Membaca memerlukan penguasaan bahasa, karena didalam bacaan terdapat perbendaharaan kata yang luas, selain buku pelajaran, siswa juga hendaknya membaca cerita-cerita atau majalah berbahasa Arab. Hendaknya guru menyediakan beberapa buku berbahasa Arab yang berlainan dalan satu pelajaran yang sama agar bahan yang kurang jelas dalam satu buku dapat ditemukan pada buku yang lainnya.[14]

12
Oval: 12BAB III
Kesimpulan
1.      Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relative menetap pada diri orang lain.
2.      Teknik-teknik pembelajaran Bahasa Arab diantaranya:
a.       Almuhadatsah (Bercakap-cakap).
b.      Al-Muthalaah (Membaca).
c.       Al-Imla (Dikte).
d.      Al-Insya (Mengarang).
e.       Al-Mahfudzat (Hafalan kata-kata mutiara).
f.       Al-Qawaid (Tata Bahasa).
g.      Al-Balaghah (Gaya Bahasa).
3.      Media Pengembangan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab
a.       Media pembelajaran mufradat.
dapat berupa benda asli yang berada di dalam kelas atau miniature benda-benda disekitar kita.
b.      Media pembelajaran tarkib yaitu Nahwi dan Shorfy.
c.       Media pembelajaran menyimak.
Pengajar bisa memutarkan lagu-lagu, percakapan, atau film-film berbahasa Arab.
d.      Media pembelajaran berbicara.
Media ini dapat dikembangkan dengan siswa berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan Bahasa Arab.
e.       Media pembelajaran membaca.
Selain membaca buku-buku pelajaran berbahasa Arab, siswa juga dapat membaca buku cerita, majalah atau artikel berbahasa Arab.

 

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1990. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta.
Baihaqi, Muhammad. 2008. Test of Arabic as a Foreign Language. Surabaya: Alpha.
Glover, Drek dan Sue Law. 2002. Memperbaiki Pembelajaran. Diterjemahkan oleh Willie Koen. 2005. Jakarta: PT Gramedia.
Izzan, Ahmad. 2004. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Siroj, Taufik. 2010. Al Wasail Atta’limiyah Fi Atta’limi Allughoh. Power Poin disajikan pada Workshop Media Pembelajaran Bahasa Arab diselenggarakan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, tanggal 1 september.


[1] Muhammad Baihaqi, Test of Arabic as a Foreign Language (Surabaya: Alpha, 2008), h. 68
[2] Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 545.
[3] Ibid., h. 546.
[4] Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual (Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 54.
[5] Ibid., h. 56.
[6] Ibid., h. 55.
[7] Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2004), h.116.
[8] Drek Glover dan Sue Law, Improving Learning. Penerjemah Willie Koen (Jakarta: PT Gramedia, 2005), h. 90.
[9] Ibid., h. 98.
[10] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori  Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an  (Jakarta: Rineka Cipta, 1990),  h. 198.
[11] Kokom Komalasari, Op. Cit., h. 233.
[12] Taufik Siroj, Al Wasail Atta’limiyah Fi Atta’limi Allughoh, Power Poin disajikan pada Workshop Media Pembelajaran Bahasa Arab diselenggarakan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta, tanggal 1 september 2010.
[13] Abdurrahman Saleh Abdullah. Op. Cit.,  h.212.
[14] Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar Cet V  (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1992), h. 44.

1 komentar: