BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Pembelajaran
Metode berasal
dari Bahasa yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan
dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.[1]
Pembelajaran pada hakikatnya berasal dari kata “belajar” yang dapat
diartikan, sebagai upaya mendapatkan pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan
sikap yang dilakukan dengan mendayakan seluruh potensi fisiologis dan
psikologis, jasmani dan rohani manusia dengan bersumber kepada bahan informasi baik yang berupa manusia,
bahan bacaan, bahan informasi, alam jagad raya dan lain sebagainya. Selain itu,
belajar juga dapat berarti upaya untuk mendapatkan pewarisan kebudayaan dan
nilai-nilai hidup dari masyarakat yang dilakukan secara terencana, sistematik,
dan berkelanjutan.[2]
Jadi pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha agar dengan
kemauannya sendiri seorang dapat belajar, dan menjadikannya sebagai salah satu
kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan. Dengan pembalajaran ini akan
tercipta keadaan masyarakat belajar (Learning Society).[3]
Jadi, metode pembelajaran adalah cara-cara
atau jalan yang ditempuh guna mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman yang menjadikannya sebagai salah satu kebutuhan hidup yang tidak
dapat ditinggalkan.
B.
Metode Pembelajaran Bahasa Arab di Lembaga Formal
Pembelajaran bahasa Arab di lembaga formal, mempunyai cara
pengajaran yang berbeda dari pengajaran bahasa Arab di lembaga non formal. Di
lembaga formal atau dalam pendidikan umum mempunyai metode yang digunakan beberapa metode, diantaranya:
1.
Metode “The Aural Oral Aproach”
Dalam metode
ini lebih mengutamakan segi pendengaran dan penuturan secara lisan kemudian
dilanjutkan dengan belajar membaca dan menulis bahasa arab.
Metode ini
mencangkup empat tahapan, yaitu:
a.
Mendengar
Yaitu satu cara yang secara langsung mendengarkan ucapan atau
petunjuk seorang guru tentang cara melafalkan kata-kata atau kalimat dengan
fashih dan benar sekaligus mempelajari artinya.
b.
Berbicara
Yaitu latihan
bercakap-cakap dengan guru atau teman, walaupun bahan pembicaraan tersebut masih terbatas di sekitar apa yang di dengar
atau apa yang di peroleh selama ini.
c.
Membaca
Yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan
bahasa termasuk tata bahasa arab.
d.
Menulis
Yaitu kegiatan yang arahnya untuk memperoleh keterampilan tangan
dalam menulis Arab.
2.
Metode Variatif
Yaitu metode
pembelajaran yang bervariasi atau bermacam-macam untuk menyampaikan sutau
materi bahsa agar tidak terkesan monoton atau membosankan. Dalam metode ini,
terdapat bermacam-macam metode.
Dr. Mulyanto
Sumardi memuat pendapat William Francis Mackey tentang 15 macam dalam
pengajaran bahasa, dalam bukunya pengajaran Bahasa Asing yaitu :[4]
1.
Direct Method.
Metode Langsung (Direct Method)
Yaitu metode atau cara dalam pembelajaran yang mana seorang guru
langsung menggunakan bahasa asing dalam mengajar.
Diantara
Ciri-cirinya:
a)
Bacaan mula-mula diberikan secara lisan.
b)
Banyak latihan mendengarkan dan menirukan.
c)
Aktivitas belajar banyak dilakukan di dalam kelas.[5]
Secara umum siswa membutuhkan keterbiasaan sesegera mungkin akan
bunyi yang belum familiar bagi mereka. Patut disadari pula bahwa bahasa baru
yang mereka sedang pelajari tidak bsa dijadikan objek terakhir atau mata
pelajaran sekolah yang apa adanya. Ia harus dikomunikasikan.[6]
2.
Metode Alami (Natural Method)
Yaitu metode pembelajaran yang pengaplikasiannya di dalam kehidupan
sehari-hari.
Diantara
Ciri-cirinya:
a)
Awalnya pelajaran diberikan melalui percakapan, membaca, serta
menulis kemudian gramatikanya.
b)
Memperkenalkan kata-kata sederhana yang sudah diketahui oleh anak
didik.
c)
Memperkenalkan benda-benda.
3.
Metode Psikologi
(Psycological Method)
Yaitu metode yang didasarkan atas visualisasi mental dan fikiran.
Metode ini ada hubungannya dengan Direct Method.
Diantara
Ciri-cirinya:
a)
Pengaplikasian gambaran mental dengan menggunakan kata, benda,
maupun gambar.
b)
Pelajaran mula-mula diberikan secara lisan dan berdasrakan materi.
c)
Gramatika diajarkan pada permulaan, baru kemudian membaca.
4.
Phonetic Method
Merupakan gabungan dari Metode Natural dengan Metode Reading.
Metode ini dikenal juga sebagai Reform Method atau Oral Method
dan erat hubungannya dengan gerakan Direct Method.
Diantara
Ciri-cirinya:
a)
Pelajaran dimulai dengan latihan mendengarkan, kemudian latihan
mengucapkan bunyi, kata, kalimat pendek, kemudian kalimat panjang, dirangkai
menjadi percakapan.
b)
Gramatika diajarkan secara induktif
5.
Reading Method
Metode membaca yaitu menyajikan materi pelajaran dengan tujuan
mengajarkan kemahiran membaca.
Oleh karena itu Prof. Coleman dan kawan-kawan dalam sebuah laporan
yang ditulis pada tahun 1929 menyarankan penggunaan suatu metode dengan satu
tujuan pengajaran yang lebih realistis, yang paling diperlukan oleh para
pelajar, yakni keterampilan membaca.[7]
Diantara
Ciri-cirinya:
a)
Guru membacakan materi pelajaran, siswa memperhatikan atau
mendengarkan bacaan guru dengan baik.
b)
Guru menunjuk siswa untuk membaca secara bergiliran.
c)
Guru mengulangi bacaan diikuti semua siswa.
d)
Untuk memperkaya perbendaharaan kata-kata, guru mencatatkan
kata-kata sulit untuk di catat.[8]
6.
Grammar Method
Yaitu metode yang mengutamakan penghafalan aturan-aturan gramatika
(tata bahasa) dan sejumlah kata-kata, kata-kata itu kemudian di rangkai menurut
kaidah tata bahasa. Dengan demikian kegiatan ini merupakan praktek penerapan
kaidah-kaidah tata bahasa.
7.
Translation Method
Metode ini menfokuskan aktifitas belajar mengajar yang berupa
menterjemahkan bacaan-bacaan dari menterjemahkan bahasa asing kedalam bahasa
murid, dan kemudian sebaliknya. Metode ini cocok untuk kelas murid yang
berjumlah besar sebagaimana Metode Gramatika, dan juga tidak harus guru yang
mengajar menguasai bahasa yang diajarkan guru--Bahasa Arab--secara aktif.[9]
8.
Grammar-Translation Method
Metode ini merupakan kombinasi metode gramatik dan metode
menterjemah. Ciri-cirinya yaitu Kegiatan belajar terdiri dari penghafalan
kaidah-kaidah tata bahasa, penterjemah kata-kata kemudian bacaan-bacaan.
9.
Electic Method
Metode ini merupakan metode campuran dari Direct Method dan Grammar-Translation
Method.
Diantara
Ciri-cirinya:
a)
Kegiatan belajar di dalam kelas berupa latihan lisan
b)
Membaca keras dan tanya jawab
c)
Latihan menterjemah dan gramatika secara deduktif.
d)
Menggunakan alat peraga atau audio-visual.
10. Unit Methode
Metode ini merupakan aplikasi sistem mengajar menurut Herbart yang
terdiri dari lima langkah yaitu:
a)
Persiapan murid
b)
Penyajian materi
c)
Bimingan melalui induksi
d)
Generalisasi dan aplikasi
11. Language-Control
Method
Dalam metode ini ada pembatasan dan gradasi baik kosakata maupun
struktur kalimat yang diajarkan. Cirri-cirinya, pengajarannya mulai dari yang
sederhana dan mudah berangsur-angsur menuju materi yang komplek dan
sulit-sulit.
12. Mim-Mem Method
Mim-Mem singkatan dari Mimicry (meniru) dan Memorization
(menghafal). Metode ini mmiliki ciri-ciri yaitu latihan ucapan dan latihan
menggunakan kosa kata dengan mengikuti atau munirukan guru.
13. Practice-Theory
Method
Yaitu metode yang mengutamakan praktek kemudia teori. Ciri-cirinya
yaitu kalimat-kalimat contoh dihafalkan dengan cara mengulang-ulang, menirukan
rekaman atau guru.
14. Cognate Method
Yaitu metode dimana murid mempelajari kata-kata dasar yang bentuk
dan artinya mirip dengan bahasanya sendiri.
15. Dual Language
Method
Yaitu
metode berdasarkan persamaan dan peredaan antara kedua bahasa(bahasa murid dan
Bahasa Asing yang dipelajari).
Demikianlah
kelima belas metode yang bisa digunakan dalam pengajaran Bahasa Asing. Metode
tersebut juga bisa digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab, dengan lebih dulu
mempertimbangkan berbagai hal yang telah penulis sebutkan terdahulu.
C.
Pembelajaran Bahasa Arab di Lembaga Non Formal
Lembaga non formal adalah lembaga yang berada di luar campur tangan
pemerintah. Lembaga ini salah satunya adalah Pesantren. Pengertian pesantren
merupakan lembaga pendidikan Islam yang mempunyai tujuan yang secara
primordial.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia.kelahirn
pesntren berbarengan dengan kedatangan Islam di Indonesia khususnya Jawa
mengingat salah satu media penyebaran Islam di Indonesia adalah melalui
pendidikan.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia.
Para penyebar islam di Indonesia khususnya di jawa mendirikan pondok pesantren
untuk mencetak kader-kader yang cerdas melalui bimbingan spiritual dan
pelatihan.[10]
Di pesantren menggunakan beberapa sistem yaitu:
1.
Sistem non klasial
Sistem
non klasial yaitu sistem yang dalam proses pembelajarannya tidak mengenal kelas
atau tingkatan, jadi meskipun santri yang ilmunya masih belum tinggi tidak
menutup kemungkinan untuk tidak mengikuti pembelajaran yang ada di pesantern
tersebut.
2.
Sistem Asistensi
Dimana
dalam sistem ini murid atau santri yunior mendapat bimbingan dari senior untuk
dapat memahami pembelajaran yang telah diberikan oleh kiai. Adapun
metode-metode yang telah diberikan oleh pesantren sebagai berikut:
a)
Metode Sorogan yaitu suatu metode dimana Kiai yang membaca,
menerangkan dan menjelaskan isi kitab tersebut. Jadi murid hanya mendengarkan.
Dan jika ada keterangan yang kurang jelas dari Kiai maka santri dapat
menanyakan kepada Kiai.
b)
Metode Bandongan yaitu kebalikan dari metode Sorogan dimana murd
yang membaca, menerangkan dan menjelaskan atas apa yang telah difahami didalam
kitab kepada Kiai, kemudian Kiai yang akan mengkoreksi bacaan dan keterangan
santri.
3.
Sistem Musyawarah
Sistem ini dilakukan dengan cara berkumpulnya santri-santri senior
dalam majelis untuk membahas kitab ataupun masalah yang lain dan kemudian Kiai
hanya sebagai penengah dalam proses pembelajaran ini. Metode yang digunakan
Kiai dalam mengajar adalah metode ceramah yaitu dengan cara Kiai membacakan
kitab, menerjemahkan dan memberikan penjelasan terhadap makna yang dimaksud.
Selain metode diatas di pesantren juga menggunakan kitab-kitab
sebagai pembelajaran bahasa Arab. Kitab-kitab antara lain kitab Nahwu dan Sharaf.
Dalam kitab Nahwu penggunaanya ada
tingkatannya, antara lain :
1)
Untuk tingkat awal para santri menggunakan kitab al-a’ Awamil
al-Mi’ah. Setelah menggunakan kitab tersebut kemudian ketingkat yang lebih
tinggi dan dianjurkan menggunakan kitab Al Muqaddimah Al Jurmiyah.
2)
Untuk tingkat menengah dianjurkan menggunakan Al-Dzurrah Al Bahiyah
yang dikenal dengan sebutan kitab ‘Imrithi dan untuk tingkatan yang tinggi
menggunakan kitab Al-Muttamimah.
3)
Untuk tingkat tinggi dianjurkan menggunakan kitab Alfiyah Ibn
Malik.
Sementara dalam
ilmu Sharaf kitab-kiab yang digunakan dalam pesantren sebagai berikut :
1)
Untuk tingkat pemula dianjurkan menggunakan kitab Al-Bina’ Wa Al
Asas
2)
Untuk tingkat menengah dianjurkan menggunakan kitab Al-Tashsif
Al-Issi
3)
Untuk tingkat tinggi dianjurkan menggunakan kitab Al-Maqsud Fi
Al-Sharf
Jadi dalam
mempelajari kitab Nahwu Sharaf kita tidak boleh langsung loncat, tetapi harus
melewati beberapa tahap agar dalam pemahaman tata bahasa Arab menjadi sempurna.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
metode pembelajaran adalah cara-cara atau jalan yang ditempuh guna
mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang menjadikannya sebagai
salah satu kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan.
2.
Metode Pembelajaran Bahasa Arab di Lembaga Formal
Pembelajaran bahasa Arab di lembaga formal, mempunyai cara
pengajaran yang berbeda dari pengajaran bahasa Arab di lembaga non formal. Di
lembaga formal atau dalam pendidikan umum mempunyai metode yang digunakan beberapa metode, diantaranya:
1)
Metode “The Aural Oral Aproach” yaitu:
a.
Mendengar
b.
Berbicara
c.
Membaca
d.
Menulis
2)
Metode Variatif
3)
Metode Alami (Natural Method)
4)
Metode Psikologi (Psycological Method)
5)
Phonetic Method
6)
Reading Method
7)
Grammar Method
8)
Translation Method
9)
Grammar-Translation Method
10)
Electic Method
11) Unit Methode
12)
Mim-Mem Method
13)
Practice-Theory Method
14)
Cognate Method
15)
Dual Language Method
Demikianlah kelima belas metode yang bisa digunakan dalam
pengajaran Bahasa Asing. Metode tersebut juga bisa digunakan dalam pembelajaran
bahasa Arab, dengan lebih dulu mempertimbangkan berbagai hal yang telah penulis
sebutkan terdahulu.
3.
Pembelajaran Bahasa Arab di Lembaga Non Formal
Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia. Di
pesantren menggunakan beberapa sistem yaitu:
a). Sistem non klasial
b). Sistem Asistensi
Adapun
metode-metode yang telah diberikan oleh pesantren sebagai berikut:
a). Metode
Sorogan
b). Metode
Bandongan
c). Sistem Musyawarah
Dalam ilmu
Sharaf kitab-kiab yang digunakan dalam pesantren sebagai berikut :
1). Untuk tingkat pemula dianjurkan menggunakan kitab Al-Bina’ Wa
Al Asas
2). Untuk tingkat menengah dianjurkan menggunakan kitab Al-Tashsif
Al-Issi
3). Untuk tingkat tinggi dianjurkan menggunakan kitab Al-Maqsud Fi
Al-Sharf
DAFTAR PUSTAKA
Asyad, Azhar. 2003. Bahasa arab dan Metode Pengajarannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahlan, Juwairiyah. 1992. Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab.
Surabaya: Al-Ikhlas.
Effendy, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi
Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Artikel diakses
dari http://KTIPTK.blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-metode.html pada Tanggal 18 Desember 2011.
Nata, Abuddin. 2009. Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradikma Baru Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
_____.2008. Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab. Okara,
522-527.
‘Aliyah,
Siti Muhimmatul. 2006. Upaya Guru Meningkatkan Minat Belajar Siswa pada
Pembelajaran Bahasa Arab; pada kelas IV dan V Madrasah Ibtidaiyah Bahnul ‘Ulum.
Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Surabaya.
[1] Oemar Hamalik, ”Proses Belajar Mengajar,” artikel diakses pada Tanggal
18 Desember 2011 dari
http://KTIPTK.blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-metode.html
[3] Ibid., hal. 205
[4] Siti Muhimmtul ‘Aliyah, “Upaya Guru Meningkatkan Minat Belajar Siswa
pada Pembelajaran Bahasa Arab; pada kelas IV dan V Madrasah Ibtidaiyah Bahnul
Ulum”, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, 2006), h. 41
[5] Ibid., h. 41
[6] Azhar Arsyad, “bahasa Arab dan Metode Pengajarannya”, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003), hal. 69
[7] Ahmad Fuad Effendy, “Metodologi Pengajaran Bahasa Arab”, (Malang:
Misykat, 2009), h. 52
[8] Ibid., h. 43
[9] Juwairiyah Dahlan, “Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab”, (Surabaya:
Al-Ikhlas 1992), h. 114
[10] Muhammad Muchsin Sholichin, “Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab di
Pesantren”, Okara, 3 November 2008, h. 523
Tidak ada komentar:
Posting Komentar