trima kasih sudah mampir di blog saya dan jangan bosan mampir yaaa

Senin, 25 April 2016

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN

Model pembelajaran menurut Dahlan (1990) adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan member petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran ataupun setting lainnya. Sejalan dengan Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra (1997) yang menjelaskan bahwa model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan ativitas belajar mengajar.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Berbagai model tersebut, diantaranya:
1.        Model Bermain Peran (Role Playing)
Dikembangkan oleh Fannie Shaftel dan George Shaftel. Yang termasuk ke dalam bentuk model bermain peran adalah sosiodrama dan psikodrama. Joyce & Weil (1992) memaparkan 9 fase pelaksanaan model pembelajaran bermain peran, sebagai berikut:

a.       Memotivasi kelompok
1)      Mengidentifikasi masalah
2)      Menjelaskan masalah
3)      Menginterpretasikan, cerita dan mengeksplorasi isu-isu
4)      Menjelaskan peran-peran yang akan dimainkan
b.      Memilih pemeran
1)      Menganalisis peran-peran
2)      Memilih dan menetapkan pemeran
c.       Menyiapkan pengamat
1)      Memutuskan apa yang akan dan perlu diamati
2)      Menjelaskan tugas-tugas pengamat
d.      Menyiapkan tahap-tahap peran
1)      Merinci urutan peran
2)      Menjelaskan kembali peran-peran yang akan dimainkan
3)      Memasuki situasi masalah
e.       Pemeranan
1)      Memulai bermain peran
2)      Meneruskan pemeranan
3)      Menghentikan pemeranan
f.       Diskusi dan evaluasi (I)
1)      Mengkaji ketepatan pemeranan
2)      Mendiskusikan focus utama
3)      Mengembangkan pemeranan ulang
g.      Pemeranan ulang
1)      Memainkan peran yang perlu diperbaiki
2)      Mengemukakan alternative perilaku selanjutnya yang mungkin muncul dari pemeranan ulang
h.      Diskusi dan evaluasi (II)
i.        Membagi pengalaman dan menarik generalisasi
1)      menghubungkan situasi masalah dengan pengalaman nyata dan masalah-masalah yang tengan berlangsung
2)      Mengeksplorasi prinsip-prisnsip umum tentang perilaku

2.        Model Penelitian Sosial (Sosial Inquiry)
Model ini dikembangkan oleh Byron Massialas dan Benjamin Cox (Joyce &Weil, 1980). Tujuan dari model ini adalah pemecahan masalah social, khususnya rasa ingin tahu secara akademis dan berpikir rasional. Model penelitian social memiliki 6 tahapa, antara lain:
a.       Orientasi. Merupakan langkah untuk membuat peserta didik menjadi peka terhadap masalah dan dapat merumuskan masalah yang menjadi focus penelitian.
b.      Perumusan hipotesis. Digunakan sebagai pembimbing atau pedoman di dalam melakukan penelitian.
c.       Definisi. Merupakan penjelasan dan pendefinisian istilah yang ada di dalam hipotesis.
d.      Eksplorasi. Dilakukan dalam rangka menguji hipotesis dalam rangka validasi dan pengujian konsistensi internal sebagai dasar proses pengujian.
e.       Pembuktian. Dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersangkut paut dengan esensi hipotesis
f.       Perumusan generaslisasi. Yaitu menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik dalam pemecahan masalah.

3.        Model Jigsaw
Model jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Aronson dkk di Universitas Texas. Jigsaw merupakan suatu model pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok, yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi pelajaran dan mampu membelajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Adapun tahapan proses pelaksanaan model jigsaw, berikut ini:
a.       Tahap pendahuluan
1)      Melakukan apersepsi
2)      Guru menjelaskna pada peserta didik tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaat dari model tersebut.
3)      Pembentukan kelompok
4)      Untuk setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserts didik dengan kemampuan yang heterogen
5)      Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok
b.      Tahap penguasaan
1)      Peserta didik dengan materi/soal yang sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha menguasai materi sesuai dengan materi yang diterima
2)      Guru memberikan bantuan kepada peserta didik
c.       Tahap penularan
1)      Setiap peserta didik kembali ke kelompok asalnya
2)      Tiap peserta didik dalam kelompok saling menularkan dan menerima materi dari peserta didik lainnya
3)      Terjadi proses diskusi antar peserta didik dalam kelompok asal
4)      Dari proses diskusi, peserta didik memperoleh inti materi/jawaban soal
d.      Penutup
1)      Guru bersama peserta didik menyimpulkan
2)      Pelaksanaan kuis atau evaluasi

4.    Model Penelitian Jurisprudensial
Model penelitian jurisprudensial ini dikembangkan oleh Donald Oliver dan James P. Shaver.Dasar pemikiran model pembelajaran jurisprudensial ini adalah konsepsi tentang masyarakat yang memiliki pandangan dan prioritas yang berbeda mengenai nilai social yang secara hukum saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Adapun bidang kajian model ini tepat digunakan pada masalah/konflik ras dan etnik, konflik idiologi, konflikantar golongan ekonomi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan serta keamanan nasional. Joyce dan Weil (1980) menyebutkan ada 6 fase dalam proses jurisprudensial, berikut ini:
a.       Mengorientasi kasus
1)      Guru memperkenalkan bahan-bahan
2)      Guru meninjau data yang tersedia
b.      Mengidentifikasi isu/kasus
1)      Peserta didik mensistensiskan fakta-fakta ke dalam isu yang dihadapi
2)      Peserta didik memilih salah satu isu untuk didiskusikan
3)      Peserta didik mengidentifikasi nilai-nilai dan konflik nilai tentang isu tersebut
4)      Peserta didik mengenali fakta yang melatarbelakangi isu dan pertanyaan yang didefinisikan
c.       Menetapkan posisi
Peserta didik menimbang-nimbang posisi atau kedudukannya, kemudian menyatakan kedudukannya dalam konflik nilai dan dalam hubungannya dengan konsekuensi kedudukan itu.
d.      Mengekplorasi contoh-contoh dan pola argumentasi
1)      Peserta didik menetapkan titik tempat terlihat adanya perusakan nilai atas data yang diperoleh
2)      Peserta didik membuktikan konsekuensi yang diinginkan dan tidak diinginkan dari posisi yang dipilih
3)      Peserta didik menjernihkan konflik nilai dengan melakukan proses analogi
4)      Peserta didik menetapkan prioritas dengan cara membandingkan nilai yang satu dengan yang lain dan mendemonstrasikan kekurangannya bila memiliki satu nilai
e.       Menjernihkan dan menguji posisi
1)      Peserta didik menyatakan posisinya dan memberikan rasional mengenai posisinya itu, dan kemudian menguji sejumlah situasi yang serupa
2)      Peserta didik meluruskan posisinya
f.       Mengetes asumsi factual yang melatarbelakangi posisi yang diluruskannya
1)      Peserta didik mengidentifikasi asumsi factual dan menetapkan sesuai tidaknya
2)      Peserta didik menetapkan konsekuensi yang diperkirakan dan menguji kesahihan factual dari konsekuensi itu.

5.    Model Latihan Penelitian (Inquiry Training Model)
Model ini dikembangkan oleh Richard Suchman. Model latihan penelitian ini memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu:
a.       Menghadapkan masalah ( menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang saling bertentangan)
b.      Menemukan masalah ( memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi, memriksa tampilnya masalah)
c.       Mengkaji data dan eksperimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai, merumuskan hipotesis)
d.      Mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan
e.       Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif.

6.    Model Tim Peserta Didik Kelompok Prestasi (Student teams Achievement Divisions/STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dkk dari Universitas John Hopkins. ada 5 langkah proses pelaksanaan model STAD, berikut ini:
a.       Penyajian kelas
Guru menyajikan materi didepan kelas secara klasikal yang difokuskan pada konsep dari materi yang akan dibahas. Peserta didik harus memperhatikan selama presentasi berlangsung karena dapat membantu mereka dalam mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai kelompok. Selanjutnya peserta didik disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.
b.      Pembentukan kelompok belajar
Peserta didik disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen.
c.       Pemberian tes/kuis
Setelah belajar kelompok usai, diadakan tes dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan belajar peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari.
d.      Pemberian skor peningkatan individu
Tahap ini dilakukan untuk memeberikan kepada peserta didik suatu sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya
e.       Penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok ini diberikan dengan memberikan hadiah sebagai penghargaan/usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar.

Sumber:

M. Sobry Sutikno. 2014. Metode & Model-model Pembelajaran. (Lombok: Holistica)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar