trima kasih sudah mampir di blog saya dan jangan bosan mampir yaaa

Senin, 25 April 2016

PENGUMPULAN DATA NON TES

PENGUMPULAN DATA NON TES
(Performent Asseesment, Analisis Dokumen, Anecdotal Ricord, Check List)

A. Teknik Pengumpulan Data Non Tes
1.    Peforment Assesment
Performent assessment atau sering diartikan sebagai penilaian kinerja. Menurut Trepeces (1999) mengartikan bahwa performent assesment adalah berbagai macam tugas dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Artinya, penilaian kinerja mangacu pada kemampuan siswa baik psikomotor, afektif, maupun kognitif.[1]
Dengan demikian performent assessment adalah suatu bentuk penilaian dengan memberikan tugas atau aktivitas tertentu yang memiliki makna pendidikan kepada pesera didik.

Dalam suatu teknik pengumpulan data setiap teknik selalu memiliki kelebihan dan kelemahannya. Berikut kelebihan dari penilaian kinerja:
v Dapat memotivasi siswa agar aktif
v Menilai proses sebaik menilai hasil
v Membuat pembelajaran lebih bermakna dan mudah dipahami siswa dari konsep abstrak ke konkrit.
v Penggunaan penilaian kinerja konsisten dengan teori pembelajaran modern.
Kelemahan pada teknik penilaian kinerja, yaitu:
Þ Nilai bergantung pada hasil kerja
Þ Waktu terbatas
Þ Tidak semua materi pelajaran dapat dilakukan penilaian ini.
Þ Tidak semua siswa mempunyai minat yang sama dalam proses kinerja pada topic tertentu.
Langkah-langkah dalam menyusun Performent assessment, sebagai berikut:[2]
·         Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang terbaik
·         Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik
·         Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas
·         Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau karakteristik produk yang dihasilkan;
·         Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati
·         Bila perlu, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.

2.    Dokumentary Analysis
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajr peserta didik tanpa menguji (teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya;
a)      Dokumen yang memuat informasi mengenai riwayat hidup (biografi), memuat;
Kapan dan dimana ia dilahirkan, menganut agama apa,kedudukan anak di dalam keluarga dll
b)      Sejak kapan di terima sebagai siswa
c)      Dari mana sekolah asalnya
d)     Apakah pernah meraih kejuaraan
e)      Apakah pernah tidak naik peringkat
f)       Keterampilah khas yang di milikinya dll
Selain itu, dokumen juga memuat informasi mengeni orang tua didik (biodata lengkap), juga dokumen yang memuat tentang lingkungan nonsosial, seperti;
a)      Kondisi bangunan rumah
b)      Ruang belajar
c)      Sumber oemenuhan kebutuhan air sehari-hari dan sebagainya
Berbagi informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua, dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentusangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya. Informasi-informasi seperti diatas dapat di rekam melalui dokumen berbntuk formulir atau blanko isian,yang harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.
Dari uraian diatas dapatlah di pahami bahwa dalam rangka evalusi hasil belajar peserta didik, evaluasi itu tidak harus semata-mata dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknis nontes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi psikologi peserta didik, seperti persepsinya terhadap pelajaran tertentu, tingkah lakunya, minat bakatnya dan sebagainya, yang mana kesemuanya itu tidak mungkin di evaluasi dengan menggunakan tes sebagi alat pengukurnya.
Mengingat bahwa evaluasi hasil belajar yang paling sering dilakukan di  sekolah adalah dengan menggunakan tes hasil belajar, maka pembicaraan lebih lanjut akan di bahas pada bab-bab selanjutnya akan difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan tes hasil belajar tersebut.

3.    Anecdotal Record
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan kejadian, catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatan ini dilakukan terhadap bagaimana kejadiannya, buka pendapat pencatat tentang kejadian tersebut.
Keuntungan dari anecdotal record, sebagai berikut:
·      Catatan ini menggambarkan perilaku individi, biasanya dalam berbagai situasi yang berbeda, sehingga dapat menyumbangkan pemahaman yang lebih besar tentang kepribadian individu tersebut.
·      Catatam tentang perilaku yang jelas akan menghasilkan pemahaman yang lebih tepat mengenai subyek, daripada generalisasi yang tidak jelas, terlalu luas dan tidak dilengkapi bukti yang kuat.
·      Catatan ini mendorong guru untuk tertarik dan mendapatkan informasi tentang individu.
·      Catatan ini melengkapi data kuantitatif dan memperkaya penafsiran perilaku.

Adapun kelemahan dari anecdotal record, yaitu:
·      Catatan ini dapat berguna hanya jika penggambaran pengamatannya akurat dan komperehensif
·      Catatan ini bisa menciptakan masalah serius bagi personel sekolah berkaitan dengan undang-undang yaitu (Undang-Undang dan Privasi Pendidikan Keluarga 1974) yang diciptakan untuk melindungi hak privasi siswa. Pencatatan data tentang orang tua atau anak dapat berdampak sangat berbahaya.
·      Beberapa kejadian yang dialami subyek seharihari cenderung manjadi bahan observasi dan dicatat. Kejadian ini menimbulkan kesan tentang subyek itu diluar proporsi kepentingannya.
·      Pencatatan dna penggambaran perilaku yang tidak representative mungkin akan mempengaruhi perilaku individu yang lain.
·      Catatan anecdotal banyak memakan waktu dalam penulisan dan pemrosesannya. Hal ini jelas menambah beban konselor, guru dan petugas sekolah.

4.    Check list
Chek list pada dasarnya memiliki kemiripan dengan rating scale. Perbedaannya terletak pada esensi penggunaannya. Dalam rating scale esensinya adalah untuk menentukan derajat atau peringkat dari suatu unsur, komponene, karakteristik, baik dalam bandingannya suatu kriteria tertentu maupun dibandingkan dengan anggota kelompok yang lain. Sedangkan check list esensinya adalah untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu unsur, komponen, katakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang kompleks. Jadi dalam check list pengamatan hanya dapat menyatakan ada atau tidak adanya suatu hal yang sedang diamati, bukan memberi peringkat atau derajat kualitas pada hal tersebut.
Check List sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar, baik yang berupa produk maupun proses yeng dapat diperinci kedalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdevinisi secara operasional dan sangat spesifik.
Check list terdiri dari dua komponen, yakni :
Ø Komponen yang akan diamati, dan
Ø Tanda yang menyatakan ada atau tidak adanya komponen tersebut selama observasi dilakukan.

Contoh dibawah ini merupakan check list untuk mengukur kemampuan hubungan interpersonal siswa disekolah dasar kelas satu dan dua.

Check List Hubungan Interpersonal
Petunjuk: Berilah tanda cek (3) di tempat yang telah disediakan dalam tabel                                       untuk setiap pernyataan yang disajikan.
Tabel 2
Cuplikan check List Hubungan Interpersonal
No.
Aspek yang diamati
Cek
1
Menyatakan rasa gembira secara lisan

2
Meniru tingkah laku orang dewasa

3
Meniru kata-kata orang dewas

4
Memiliki kelompok yang akrab

5
Mengucapkan rasa simpati pada orang yang kesusahan

6
Memperlihatkan keingina untuk menyenangkan orang lain

7
Menyapa orang lain dengan ramah


Contoh diatas merupakan check list yang keseluruhannya bersifat positif, artinya semakin banyak komponen yang ada semakin baik pula hibingan interpersonal yang dimiliki oleh pesrta didik. Sebaliknya jika komponen yang diamati bersifat negatif, maka semakin banyak komponen yang diamati maka semakin kurang baik pula hubungan interpersoanal yang dimiliki peserta didik.
1. Kelebihan Check List
a)             Sangat fleksibel untuk mengecek kemampuan dalam semua jenis dan tingkat hasil belajar serta semua mata pelajaran..
b)             Mutu chek list akan sangat tergantung pada kelengkapan dan kejelasan komponen yang akan dinyatakan dalam daftar.
c)             Terkadang hanya dengan daftar cek yang sederhana dan singkat saja sudah dapat diambil kesimpulan untuk karakteristik tertentu dari pesrta didik.
2. Kekurangan Chek List
d)            Membutuhkan waktu yang lama
e)             Membutuhkan tenaga yang ekstra









[1] Onizuka’s blog, “Asesmen Kinerja (Performance Assessment),” artikel diakses pada Tanggal 30 November 2010 dari http://onizuka87.wordpress.com/2010/11/30/a-sesmen-kinerja-performance-assesment/               
[2] Akbar Iskandar, “Penilaian Kinerja,” artikel diakses pada Tanggal 6 Mei 2011 dari http:// http://akbar-iskandar.blogspot.com/2011/05/penilaian-kinerja.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar