trima kasih sudah mampir di blog saya dan jangan bosan mampir yaaa

Senin, 09 Juni 2014

Kemandirian Guru



A.      Konsep Kemandirian
Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.[1]
Menurut Herman Holstein kemandirian adalah sikap mandiri yang inisiatifnya sendiri mendesak jauh ke belakang setiap pengendalian asing yang membangkitkan swakarsa tanpa perantara dan secara spontanitas yakni ada kebebasan bagi keputusan, penilaian, pendapat, pertanggung jawaban tanpa menggantungkan orang lain.[2]

Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Antonius,2002:145).[3]
Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang yang dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya (Hasan Basri,2000:53). Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar berhasil sesuai keinginan dirinya maka diperlukan adanya kemandirian yang kuat.[4]
Kemandirian (kematangan pribadi) dapat didefinisikan sebagai keadaan kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur (budi dan akal) dalam kesatuan pribadi. Dengan perkataan lain, manusia mandiri adalah pribadi dewasa yang sempurna.[5]
Menurut Brawer yang dikutip oleh M Chabib Thoha mengartikan kemandirian adalah suatu perasaan otonom. Sikap kemandirian menunjukkan adanya konsistensi organisasi tingkah laku pada seseorang, sehingga tidak goyah, memiliki self reliance atau kepercayaan diri sendiri.[6] Seseorang yang mempunyai sikap mandiri harus dapat mengaktualisasikan secara optimal dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain.
Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Antonius,2002:145).[7]
Jadi, konsep kemandirian adalah suatu keadaan dimaana seseorang dapat bertindak atau mengerjakan sesuatu tanpa meminta bantuan atau menggantungkan diri kepada orang lain.
B.       Pribadi Guru yang Mandiri
Kepribadian guru adalah suatu masalah yang abstrak hanya dapat dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan dalam menghadapi setiap persoalan setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai dengan ciri-ciri pribadi yang ia miliki. Ciri-ciri tersebut tidak dapat ditiru oleh guru lain karena dengan adanya perbedaan ciri inilah maka kepribadian setiap guru itu tidak sama.[8] Namun terdapat batasan-baatasan atau kriteria guru yang mandiri.
Menurut Sudarsono, manusia itu pribadi , ia mandiri, memiliki akal budi, tahu apa yang akan dilakukan  dan mengapa ia melakukan. Kemudian dijabarkan sebagai kemampuan untuk menegakkan kehendaknya, menentukan sendiri setiap perbuatannya, mampu  mengembangkan  diri  dan tampil  sebagai  totalitas  pribadi  yang  mantap  dan harmonis, juga memiliki pribadi yang utuh.[9]
Kiranya guru perlu mandiri terutama  pada saat berdiri menghadapi siswa  yang beragam baik sifat maupun kemampuannya. Guru pun harus mampu menentukan sesuatu yang menjadi ranah tanggung jawabnya. Penebaran nilai positif yang  dilakukan  secara mandiri  oleh guru kepada anak didiknya akan menjadi modal kemandirian siswa dalam menghadapi dunia nyata  di kelak kemudian hari.[10]
C.      Membentuk Guru yang Berkualitas dalam Kemandirian
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam konteks kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat.[11]
Dengan mengingat hal tersebut, maka jelas bahwa upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi pendidik (Guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun hasilnya.[12]
Banyak sekali cara-cara untuk membentuk guru yang berkuaalitas dalam kemandirian, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)   Guru yang mandiri mampu mengembangkan  kreativitas dalam mempersiapkan desain pembelajarannya sebagaimana diungkapkan Shapero bahwa kemandirian sebagai akibat dari  standart kreativitas yang tinggi. Guru yang mandiri pada dasarnya mampu tampil dalam segala cuaca , mampu mengambil sikap dalam situasi sekritis apa pun maka menurut Elliot dan Jacobson dalam Mukhtar penampilan  pribadi yang merupakan factor bahwa seseorang memiliki sikap yang benar – benar mandiri tidak sekedar berbasis pada peraturan yang telah berlaku.[13]
2)   Guru harus memiliki  tanggung jawab untuk bertindak. Pembuatan seperangkat administrasi pembelajaran merupakan tanggung jawab guru yang mesti dilakukan. Sekali pun guru memiliki  tanggung  jawab untuk bertindak yang berarti terkandung suatu kebebasan  akan tetapi nilai-nilai kehidupan tetap melekat erat pada diri seorang guru. Sehingga tuntutan tugas  dari pengabdian seorang guru sering  berlawanan. Misalnya, dalam bekerja hendaknya santai namun harus selesai dan tuntas,  antara konflik pribadi namun tetap harus  rukun baik dengan siswa, rekan seprofesi maupun  terhadap atasan, dan bebas dalam menentukan langkah namun penuh tanggung jawab.[14]
3)   Guru harus memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja. Dalam melaksanakan panggilan jiwanya sebagai pendidik, guru memang harus rela berkorban demi kemajuan dan peradaban siswanya. Apabila guru bekerja hanya semata-mata mengharapkan  adanya penghasilan (reward ) maka segala gerak  dan langkahnya akan diperhitungkan  berdasarkan pendapatan yang akan diterimanya.[15]
Akibat dari guru yang demikian ini siswa akan terbengkalai, tidak melakukan proses  pembelajaran yang memadai. Sebaliknya, guru yang diharapkan  adalah  guru yang dalam melakukan tugasnya  didasarkan  atas motivasi yang tinggi, ikhlas mengabdi, semangat yang tinggi dan mandiri. Guru yang demikian inilah sesungguhnya guru ideal.[16]
4)   Guru harus memilki jiwa  pendidik dan membekali  diri sebagai guru yang terdidik. Artinya memahami bahwa  melaksanakan tugas  sebagai guru mengandung  tantangan yang tidak sederhana. Di satu sisi  harus  menerima  siswa  apa  adanya di sisi lain harus mampu menyelami alam pikiran siswa.[17]
Guru hendaknya sanggup bersikap empatik, pencetus ide, menuntun dan memberikan semangat kepada siswa untuk berkembang lebih jauh  melakukan sesuatu yang baru dan memberikan semangat kepada setiap siswa tanpa terpaku pada  tarap kemampuan intelektual atau tingkat motivasi belajarnya. Guru  yang  mandiri akan tampil menyenangkan siswa karena  ia kreatif dalam mencetuskan ide-ide baru.
Disamping itu jiwa pendidik lainnya adalah sebagai evaluator, mampu memberikan hukuman yang mendidik dan memberikan pujian yang menyemangatkan siswa. Hukuman diberikan supaya siswa menghilangkan apa yang salah sedangkan pujian diberikan supaya siswa  mengulang kembali apa yang tepat. Jiwa disiplin  dalam kelas juga harus dijaga. Maka guru yang baik  pasti melakukan hal ini dengan tujuan menciptakan suasana aman yang memungkinkan siswa untuk belajar.
5)   Guru harus memiliki ilmu kependidikan. Dikaitkan dengan keberhasilan siswa dalam belajar, keberhasilan proses pembelajaran  dipengaruhi oleh kepiawaian seorang tenaga pengajar. Efektivitas guru dan cara guru menopang usaha belajar siswa inilah yang diharapkan tampak pada siswa.[18]
Menurut Winkel, ada korelasi positif antara tenaga pengajar dengan keberhasilan siswa dalam belajar antar lain : 1) kejelasan dalam mendampingi dan mengatur tugas belajar, 2) variasi dalam penggunaan prosedur didaktif, 3)  menunjukkan antusiasme dalam cara berbicara dan bergerak, 4) perilaku yang membuat siswa berkonsentrasi  pada tugas belajar yang dihadapi, dan 5) menyelesaikan semua materi kajian yang nantinya akan menjadi bahan ujian  dalam tes.[19]
Ketrampilan didaktis yang dimiliki guru tercermin pada  kreativitas pengajarannya . Kreativitas pengajaran sendiri tergantung dari cara guru menyajikan materi, cara guru memberikan pujian,  cara  guru mengaktifkan siswa  agar merasa terlibat  dalam  proses  belajar dan cara  guru memberikan  informasi kepada siswa
Hal-hal yang berkaitan dengan ketrampilan didaktis  di atas kecuali harus dimengerti dan dipahami oleh seorang guru yang terpenting harus diterapkan di dalam proses pembelajaran di sekolah. Apa artinya dimengerti dan dipahami apabila tidak dilaksanakannya?  Nah, untuk guru yang  ideal, guru yang mandiri dan profesional  tentu memegang teguh bahwa proses pembelajaran di kelas  menjadi inti pokok tugas seorang guru dari  sekian deret tugas yang harus dilakukannya.



[1] Lihat: http://tugasavan.blogspot.com/2010/10/kemandirian.html, pada: 15 Maret 2014
[2] Herman Holstein, Murid belajar Mandiri, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1986, hlm. 23.
[3] Ibid
[4] Ibid
[5] J.I.G. Drost, S.J, Sekolah Mengajar atau Mendidik?, Kanisius, Yogyakarta, 2004, hlm. 39.
[6] M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, hlm. 121.
[7] Ibid
[8] Roqib, Nurfuadi. 2009. Kepribadian Guru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media. Hlm.109
[9] http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2011/03/01/membentuk-guru-yang-berkualitas-dalam-kemandirian/
[10] Ibid
[11] http://uharsputra.wordpress.com/pkb-guru/pengembangan-profesi-pendidik-guru/
[12] Ibid
[13] Ibid
[14] Ibid
[15] Ibid
[16] Ibid
[17] Ibid
[18] Ibid
[19] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar